HAMA DAN PENYAKIT
DI PEMBIBITAN
A. HAMA
1. Apogonia sp dan Adoretus sp
a. Gejala Serangan
Mengikis lapisan
epidermis atau memakan helai daun sebagian atau
seluruhnya, meninggalkan
lubang-lubang pada daun.
Apogonia sp memakan
daun dari bagian pinggir dan
membuat robekan
besar pada pinggir helaian daun.
Adoretus
sp memakan sebagian kecil daun dari bagian tengah
Tanaman yang
diserang pada umumnya
kelihatan kurus, mengering
seperti terbakar.
b. Pengendalian
- Pengamatan:
* Tidak perlu
dilakukan pengamatan rutin
tetapi jika ada serangan dan
populasi hama melampaui tingkat populasi kritis, maka perlu dilakukan
pengendalian.
Kategori Serangan (populasi
kritis):
Pembibitan : 5-10
ekor untuk tiap bibit
- Pengendalian :
* Sanitasi:
menjaga kebersihan sekitar tanaman dari semak belukar,
Karena merupakan
tempat persembunyian nya.
- Pemberantasan:
* Kimiawi:
Penyemprotan insektisida (bahan aktif Endosulfan – 0,2% atau
Trichlorfon – 0,2 %)
Penyemprotan dilakukan sore hari
sampai jam 21.00 (rotasi
1-2 kali per minggu)
Pemberian Temix 10 G
(4 gr/bibit)
c.
Biologi
- Kehidupan: Telur
diletakkan di dalam tanah, larva memakan akar-akar
tumbuhan liar
(gulma) di permukaan tanah.
Kumbang menyerang
pada malam hari, sedangkan pada
siang hari
sembunyi di semak-semak di sekitar
pembibitan
atau di dalam
tanah
Tanaman diserang
pada stadia dewasa (kumbang)
- Ciri-ciri :
* Dewasa : Siklus perkembangan
hama dewasa (kumbang) 3,5 bulan
Berwarna coklat
dengan bercak putih,
Apogonia sp panjang 1,2 cm, Adoretus
sp panjang 1,5 cm
2.
Kutu daun
a. Gejala Serangan
Aphids
Aphids biasanya
tidak menjadi masalah yang serius, tetapi dapat
membuat daun
berubah bentuk jika populasi Aphids dalam jumlah
banyak.
Hidup pada helaian daun atau
pucuk yang belum membuka.
Dapat dijumpai
di bagian tengah daun
dan bila diamati akan
nampak keberadaan semut yang
bersimbiose dengan Aphids.
Mealy bug
Kerusakan
hamper sama dengan
Aphids, namun serangan nya
tersebar luas pada daun.
Selain terdapat di helaian
daun atau pucuk, juga terdapat pada leher
Akar bibit
di bawah permukaan tanah
atas di ujung akar yang masih
muda yang berbatasan dengan
polybag.
Keberadaannya bersimbiose
dengan semut.
Spider mites
Kutu
ini menyerang daun dengan cara mengisap cairan tanaman
pada
pucuk atau bagian bibit yang masih muda, menyebabkan
ujung
daun menggulung menghadap ke bawah.
Terjadi perubahan
warna pada daun atau terdapat
luka berwarna
orange, serangan lebih besar akan
menyerupai gejala defesiensi Mg.
Pada
serangan berat, pertumbuhan
bibit akan lemah dan kerdil
sehingga sangat peka terhadap
terserang penyakit sekunder (Curvularia
dan lain-lain), selanjutnya akan menyebabkan kematian bibit.
Terdapat di permukaan anak daun yang sudah tua
di bagian bawah,
berkembang cepat pada musim kemarau
yang panjang.
b. Pengendalian
- Pengamatan:
* Tidak perlu
dilakukan pengamatan rutin tetapi
jika ada serangan dan
populasi hama melampaui
tingkat populasi kritis, maka perlu dilakukan
pengendalian.
Kategori Serangan (populasi
kritis):
Pembibitan
: pada awal serangan
Kutu daun dengan gejala serangan
untuk
masing-masing jenis kutu daun tersebut.
- Pengendalian :
* Sanitasi:
menjaga kebersihan sekitar pembibitan
dari sisa-sisa makanan
dari tenaga kerja atau sampah, yang akan
merangsang semut
untuk datang ke
tempat pembibitan.
- Pemberantasan:
* Kimiawi:
Penyemprotan dengan insektisida (Dimethoate
40%)
20 ml/ 20 liter air,
pada permukaan bawah daun.
c. Biologi
* Aphids
: berwarna hijau
kemerahan, tungkai sekitar badan berwarna
putih ber lilin
*
Mealy bugs: serangga kecil
berwarna keputihan.
*
Spider mites : Kutu daun ini berupa tungau berwarna kemerahan
3. Belalang (Valanga nigricornis)
a. Gejala Serangan
Belalang memakan
daun di pembibitan di bagian tepi/pinggir daun
dapat mematahkan bibit.
b. Pengendalian
- Pengamatan:
* Tidak perlu
dilakukan pengamatan rutin tetapi jika ada serangan dan
populasi hama melampaui
tingkat populasi kritis, maka perlu dilakukan
pemberantasan
- Pemberantasan:
* Manual : Pengutipan atau hand picking
* Kimiawi:
Penyemprotan dengan insektisida Decis 2,5 EC, Malathion 25
EC, Gusadrin 150 WS
(konsentrasi 0,05 %)
Dengan menggunakan
alat semprot Mist Blower.
c. Biologi
Ciri-ciri : Warna nya bermacam-macam,
Panjang 60 – 80 cm.
4. Jangkrik (Gryllus sp)
a. Gejala Serangan
Jangkrik menyerang
di pembibitan awal, memakan pucuk, pangkal
daun atau dasar umbutnya.
Lebih sering dijumpai di pembibitan
awal dimana bibit tersusun rapat.
b. Pengendalian
- Pengamatan:
* Tidak perlu dilakukan pengamatan
rutin tetapi jika ada tanda serangan
maka perlu dilakukan
pemberantasan.
- Pemberantasan:
* Kimiawi:
Penyemprotan dengan insektisida Malathion
25 EC
(konsentrasi 0,05 %),
diaplikasikan dengan Mist blower.
c. Biologi
Ciri-ciri
: berwarna gelap kecoklatan atau hitam
Panjang 30 – 40 cm
5. Tikus
a. Gejala Serangan
Menyerang bibit pada bagian titik
tumbuh nya selanjutnya menyebabkan
bibit menjadi kerdil selanjutnya
menjadi mati.
b. Pengendalian
- Pengamatan:
* Tidak perlu dilakukan
pengamatan rutin tetapi
jika ada tanda maka
perlu dilakukan pengendalian.
- Pengendalian :
* Sanitasi:
menjaga kebersihan sekitar pembibitan (semak belukar)
- Pemberantasan:
* Kimiawi:
Pemberian umpan dengan menggunakan Klerat
c. Biologi
Jenis : Rattus tiomanicus
(Ciri-ciri : lihat Bab Hama Tanaman Kelapa sawit)
B. PENYAKIT
1 Curvularia
a. Gejala Serangan
Mula-mula menyerang
daun pupus yang belum membuka
atau dua
daun muda yang sudah membuka.
Gejala awal
adalah bercak bulat
kecil berwarna kuning tembus
cahaya yang dapat dilihat di kedua
permukaan daun.
Bercak membesar, bentuknya tetap
bulat, warnanya lambat laun berubah
menjadi coklat muda dan pusat bercak
mengendap (melekuk).
Warna bercak menjadi coklat
tua dan pada umumnya dikelilingi oleh
halo jingga kekuningan.
Pada infeksi yang berat, daun paling
tua mengering, mengkriting dan
menjadi rapuh,
namun pada daun
yang mengering bercak Curvularia
tetap terlihat
jelas sebagai bercak
coklat tua di atas jaringan yang
berwarna coklat pucat.
b. Penyebab
Penularan penyakit
ini melalui spora
cendawan yang terbentuk
dipermukaan daun yang
sakit, penyebaran dapat melalui tanah, terbawa
angin,
percikan air hujan
dan air siraman serta
kemungkinan dengan
serangga.
c. Faktor-faktor yang berpengaruh
- Transplating shock, goncangan
pemindahan bibit dari Pre Nursery ke Main
Nursery, akan mengurangi ketahanan
bibit.
- Pemindahan bibit
dari Pre Nursery
ke Main Nursery tidak sesuai
jadwal
(terlambat), seharusnya dipindah pada
umur bibit 3 bulan.
- Keadaan hara yang tidak seimbang,
kekurangan N dan Mg.
- Kekurangan air dalam tanah , penyiraman
bibit yang tidak teratur.
- Terjadinya kelembaban udara yang
tinggi di lokasi pembibitan.
- Terdapat perbedaan
genetik, bibit yang
lambat pertumbuhannya akan
lebih rentan terhadap penyakit.
d. Pengendalian :
- Kondisi pembibitan
dilaksanakan sesuai dengan petunjuk yang telah
diberikan.
- Bila timbul gejala awal, daun-daun
yang sakit dipotong dan dibinasakan.
e. Pemberantasan:
Penyemprotan dilakukan dengan fungisida
Dithane M 45 (O,2%) dengan
interval 7-10 hari
2. Busuk Daun Corticium
a. Gejala Serangan
Pada awal
daun belum terbagi, tampak sebagai bercak pada pangkal
jamur, setelah daun
membuka, tampak bercak yang terletak pada jalur
yang melintang daun.
Mula-mula bercak
berwarna coklat tua,
lalu mongering, pusatnya
menjadi kelabu bahkan sampai putih
dengan tepi coklat ungu yang jelas.
Pusat dari jaringan yang mati mudah
pecah sehingga daun yang sakit
tampak berlubang-lubang.
b. Penyebab
Penyebab penyakit
ini adalah Corticium solani yang sampai saat ini
dikenal dengan nama Rhizoctania solani.
Jamur penyebab
penyakit ini adalah jamur yang umum terdapat di
tanah, disebut juga soil inhabitant dan
mempunyai kemampuan tinggi
untuk hidup sebagai saprofit.
Jamur dapat
mencapai daun karena terbawa oleh percikan air hujan
atau siraman, bersama-sama dengan
butir-butir tanah.
c. Faktor-faktor yang berpengaruh
- Kelembaban yang tinggi, terutama pada
musim hujan
- Bibit
yang defesiensi N
lebih rentan terhadap
penyakit, sebaliknya
kelebihan pupuk juga dapat menurunkan
ketahanan.
d. Pengendalian :
- Bila
ada sedikit daun bibit yang
menunjukkan gejala penyakit ini, maka
daun tersebut segera dipotong dan
dibinasakan.
- Penyiraman bibit
dilakukan sesuai dengan kebutuhan, jangan terlalu
banyak air.
e. Pemberantasan:
Penyemprotan dilakukan dengan
fungisida Dithane M 45 (O,2%) dengan
interval 7-10 hari




3. Penyakit Antracnose
a. Gejala Serangan
Penyakit ini
pada umumnya terjadi di Pre Nursery, dimana daunnya
masih bersatu.
Gejala awal
tampak bercak kecil hialin, bercak dengan cepat berubah
warna menjadi coklat tua dan membesar.
Pada
bagian luar bercak dikelilingi dengan halo berwarna kuning sehingga
tampak jelas batas antara
jaringanterinfeksi dengan yang sehat.
Serangan ini jarang terjadi
pada bagian tengah
daun, biasanya
serangan mulai pada bagian ujung atau
tepi daun.
b. Penyebab
Jamur penyebabnya : Botryodiplodia
theobromae, Colletotrichum
gloeosporoides dan Melanconium.
Kelebihan air
membantu penyebaran spora
jamur dan banyaknya
droplet air akan mempercepat
perkecambahan spora.
c. Faktor-faktor yang berpengaruh
- Penularan berasal dari spora-spora
daun yang terserang.
- Air hujan dan air penyiraman membantu
penyebaran penyakit ini, karena
spora terbawa oleh air.
d. Pengendalian :
- Pemidahan bibit dari Pre Nursery ke Main
Nursery dilakukan secara hati-
hati untuk menghindari transplanting
shock.
- Jika sebagian daun bibit terserang,
maka bagian jaringan yang mati harus
dipotong dan dibakar.
-
Sedangkan jika terjadi peledakan penyakit ini, maka bibit yang mati harus
disingkirkan dan dibakar.
-
Bila mulai timbul
gejala penyakit, bibit
yang terinfeksi dan sehat
sebaiknya
disemprot dengan fungisida
dengan interval 7 – 10 hari,
pencegahan dilakukan secara kontinyu dengan
interval 14 hari.
e. Pemberantasan:
- Penyemprotan dengan fungisida
Dithane M 45 (0,2 %),
Pre
nursery dengan alat semprot
knapsack sedangkan di Main nursery
dengan menggunakan Mist Blower.
4. Blast
a. Gejala Serangan
Daun bibit
menjadi buram, tidak mengkilap seperti biasanya, sedikit
lemas,
warna berubah dari hijau agak kecoklatan menjadi kuning
cerah
dengan bercak-bercak jaringan mati (nekrotik) yang berwarna keunguan.
Sedikit demi sedikit daun menjadi
coklat dan rapuh seperti habis terjilat
api.
Gejala awal
tampak pada daun tua, meskipun
kadang-kadang pada
bersamaan pupus juga membusuk.
Gejala utama terdapat pada akar,
akar sakit terasa lunak jika dipegang,
kalau
dibelah maka jaringan
antara berkas pembuluh
pusat dan
hypodermis akan hancur.
b. Penyebab
Disebabkan gabungan 2 macam jamur yang terdapat dalam tanah,
yaitu: Pythium dan Rhizoctania.
Pythium mengadakan infeksi
melalui ujung-ujung akar,
sedangkan
Rhizoctania masuk melalui ujung akar
yang sudah diinfeksi oleh Pythium
c. Faktor-faktor yang berpengaruh
- Penyakit ini
terjadi bila tanah kering dan panas, meningkat pada musim
kemarau.
- Penyiraman bibit yang tidak
mencukupi untuk kebutuhannya.
- Bibit yang kekurangan unsur hara
lebih rentan terhadap penyakit ini.
- Pemindahan bibit pada musim kering
agar dihindari
d. Pengendalian :
-
Kondisi tanah d polybag tidak kering dan panas.
-
kebutuhan air untuk pembibitan harus tercukupi, penyiraman yang cukup
akan menghindarkan dari kekeringan
dan meningkat nya suhu tanah.
No comments:
Post a Comment