1.
PENDAHULUAN
a. Kelapa sawit sangat penting
artinya bagi Indonesia dalam kurun waktu 20 tahun terakhir ini, karena sebagai
komoditi andalan untuk ekspor maupun komoditi yang dapat meningkatkan
pendapatan petani pekebun serta transmigran Indonesia.
b. Kelapa sawit bukanlah tanaman asli Indonesia dan baru ditanam
secara komersil pada tahun 1911. Istilah kelapa mungkin dimaksud sebagai istilah
umum untuk jenis palm. Meskipun demikian
perkataan sawit sudah ada sejak lama.
Beberapa tempat sudah ada yang menggunakan nama “sawit” sebelum kelapa
sawit masuk ke Indonesia
pada tahun 1848 yang ditanam di Kebun Raya Bogor.
Dalam bahasa Jawa Kawi “sawit” artinya sidhakep, kalung. Nama lain dalam bahasa Jawa adalah kelapa
sewu dan dalam bahasa Sunda sering disebut sebagai salak minyak atau kelapa
ciung.
2.
BOTANI DAN VARITAS
Kelapa sawit
memiliki 36 kromosom menurut Henry (1945) sedang menurut Darlington & Wylie
(1956) dan Arasu adalah sebanyak 32 kromosom. Nama latin dari kelapa sawit
adalah Elaeis guineensis Jacq. Elaeis berasal dari kata Elaion
yang berarti minyak dalam bahasa Yunani
dan Guineensis
berasal dari kata Guinea yaitu pantai Barat Afrika. Jacq berasal
dari nama ahli botani (botanist) Amerika bernama Jacquin.
Berdasarkan Taksonomi, kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq)
dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Divisi : Tracheophyita
Sub Divisi : Pteropsida
Kelas : Angiospermeae
Sub Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Cocoideae
Famili : Palmae
Sub Famili : Cocoideae
Genus : Elaeis
Spesies :
Elaeis guineensis Jacq.
Varitas
dari kelapa sawit cukup banyak dan diklasifikasikan dalam berbagai hal, yaitu
berdasarkan tipe buah, bentuk luar, tebal
cangkang, warna buah dan lain-lain.
2.1. Varitas Berdasarkan Warna Kulit Buah
Berdasarkan warna kulit buah, spesies Elaeis
guineensis Jacq dibedakan menjadi 3 varitas, sebagai berikut :
·
Nigrescens yaitu : Buahnya berwarna violet
sampai hitam waktu masih muda dan menjadi merah kuning (orange) sesudah
matang.
·
Virescens yaitu : Buahnya berwarna hijau waktu masih muda dan menjadi merah kuning (orange)
sesudah matang.
·
Albescens yaitu : Buah muda berwarna kuning pucat (keputih-putihan), tembus cahaya
karena mengandung sedikit karotein dan tetap menjadi kekuning-kuningan sesudah
matang dan ujungnya berwarna ungu kehitaman.
Varitas
nigrescens
dan virescens
buahnya ada yang memiliki carpel tambahan (bersayap) yang dikenal
sebagai Diwakka-wakka. Varitas
lainnya ada yang disebut sebagai Elaeis
idolatrica yaitu daunnya menyatu atau anak daunnya tidak memisah.
2.2. Varitas Berdasarkan Ketebalan Cangkang dan Daging Buah
Berdasarkan
tebal tipisnya cangkang (tempurung) dan daging buah (mesocarp), spesies Elaeis guineensis jacq dapat
dibedakan menjadi 5 varitas, yaitu :
·
Dura yaitu : Buah dengan cangkang cukup tebal antara 2,0 –
5,0 mm dan tidak terdapat lingkaran pada bagian luar cangkang. Daging buah relatif tipis dengan perbandingan
daging buah terhadap buah antara 20% - 65%.
Sedangkan kernel berukuran besar tetapi kandungan minyaknya rendah.
·
Pisifera yaitu : Buah dengan cangkang tipis (bahkan hampir tidak
ada) sedangkan daging buahnya tebal.
Perbandingan daging buah terhadap buah cukup tinggi. Kernel berukuran kecil dengan kandungan
minyak yang rendah. Jenis Pisifera
tidak dapat diperbanyak tanpa menyilangkan dengan jenis yang lain. Varitas ini dikenal sebagai tanaman betina
yang steril sebab bunga betina gugur pada fase dini.
·
Tenera yaitu : Buah yang memiliki sifat-sifat yang berasal dari
Dura dan Pisifera. Cangkang tipis dengan
ketebalan antara 1,0 – 2,5 mm dan terdapat lingkaran sabut
disekelilingnya. Perbandingan daging
buah terhadap buah cukup tinggi antara 60% - 90%. Tandan buah yang dihasilkan varitas Tenera lebih
banyak daripada varitas Dura dan Pisifera tetapi ukuran tandanya relatif lebih
kecil.
·
Macrocarya yaitu : Buah dengan
cangkang sangat tebal, sekitar 4 – 8,5 mm, sedangkan daging buahnya tipis hanya
0,75 – 2,5 mm. Varitas ini jarang sekali
digunakan untuk pemuliaan tanaman.
·
Diwakka-Wakka yaitu : Buah memiliki dua lapisan daging buah. Ketebalan daging buah tergantung hasil
persilangan, yaitu Diwakka-wakka-Dura, Diwakka-wakka-Pisifera dan
Diwakka-wakka-Tenera.
Secara
ringkas, klasifikasi varitas Elaeis
guineensis Jacq berdasarkan ketebalan cangkang, daging buah dan kernel disajikan
pada tabel berikut :
Varitas
|
Tebal
Cangkang
(mm)
|
Tebal
Pericarp
(mm)
|
Prosentase
Cangkang/Buah
(%)
|
Prosentase
Mesocarp/
Buah
(%)
|
Prosentase
Inti/Buah
(%)
|
Dura
|
2,0 - 5,0
|
2,0 – 6,0
|
25 - 50
|
20 - 65
|
4 – 20
|
Tenera
|
1,0 - 2,5
|
3,0 – 10,0
|
3 - 20
|
60 - 90
|
3 – 15
|
Pisifera
|
0
|
5,0 – 10,0
|
0
|
92 - 97
|
3 – 8
|
Diwaka-waka
|
Beragam
|
beragam
|
beragam
|
beragam
|
Beragam
|
Macrocarya
|
4,0 - 8,5
|
0,75 - 2,5
|
40 – 70
|
10 - 30
|
2 – 10
|
Spesies
lainnya yang sudah mulai dimanfaatkan adalah spesies yang berasal dari Amerika
Selatan bernama Elaeis melanococcas Gaert dan Elaeis oleifera Cortes
atau dikenal sebagai Caiaue yang banyak terdapat di
negara Brasil, Suriname,
Colombia
dan lain-lain.
Kedua spesies
ini memiliki beberapa sifat unik seperti :
*
Pertumbuhan meninggi lambat hanya
20 cm/tahun dibandingkan dengan Elaeis guineensis Jacq 45
cm/tahun.
*
Memiliki kanopi (tajuk) relatif
lebih kecil, sehingga populasi tanaman per hektar lebih banyak.
*
Memiliki sex ratio tinggi dan sedikit sekali tandan bunga jantan.
*
Memiliki asam lemak tidak jenuh yang lebih tinggi.
*
Tingkat aborsi pembungaan sangat tinggi sehingga banyak terjadi kegagalan
tandan matang, menyebabkan produksi tandan rendah.
*
Buah pada satu tandan tidak serentak matang.
*
Ketahanan terhadap keadaan tergenang lebih baik sehingga pada daerah sering
banjir dapat beradaptasi.
*
Umur ekonomis lebih lama, namun secara komersial masih belum diusahakan
karena belum terbukti menguntungkan.
2.3. Varitas Unggul
Varitas-varitas unggul dihasilkan melalui hibridisasi
atau persilangan buatan antara varitas Dura
sebagai induk betina dengan varitas
Pisifera sebagai induk jantan.
Pohon induk betina dari varitas Dura berasal dari
keturunan kelapa sawit di Kebun Raya Bogor yang dikembangkan di Sumatera Timur
dan disebut Dura Deli. Selain itu, berasal dari introduksi
IRHO
(Institut de Recherches les Huiles et Oleagineux). Beberapa varitas Dura Deli yang dipakai
sebagai induk betina adalah
-
Dura Deli Marihat.
-
Dura Deli Dolok Sinumbah, Pabatu,
Bah Jambi, Tinjowan, Dolok Ilir.
-
Dura Dumpy Pabatu.
-
Dura Deli Gunung Bayu, Gunung
Melayu.
-
Dura Deli IRHO dan Socfin.
Pohon induk
jantan dari varitas Pisifera yang dikembangkan terdiri dari beberapa tipe yang
umumnya diberi nama dari asal pohon induk diperoleh, antara lain :
-
Pisifera Dolok Sinumbah dan Bah
Jambi (berasal dari Yangambi).
-
Pisifera Marihat (berasal dari
Kamerun)
-
Pisifera SP 540 T (berasal dari
Kongo dan ditanam di S. Pancur).
-
Pisifera Lame.
-
Pisifera Yangambi (berasal dari
Pantai Gading).
-
Pisifera Nifor.
Dari hasil
persilangan antara pohon induk betina (Dura) dan pohon induk jantan (Pisifera)
dihasilkan keturunan kesatu (filial ke-1= F-1) yang disebut Tenera. Varitas Tenera tersebut sudah banyak
dibudidayakan secara komersial karena menghasilkan minyak yang lebih
tinggi.
Beberapa
contoh hasil persilangan antara varitas Dura dengan Pisifera yang menghasilkan
bibit lebih unggul (Tenera) adalah sebagai berikut :
No
|
Nama
Varitas
|
Asal
Induk
|
Produktivitas
|
||
Produksi TBS
(ton/ha)
|
Produksi
CPO
(ton/ha)
|
Ekstraksi
CPO
(%)
|
|||
1
2
3
4
5
6
|
Deli
Dura x Pisifera
H-5,
E-5
Deli
Dura x Pisifera
H-5
x E-5
Deli
Dura x Pisifera
424,
968
Deli
Dura x Pisifera
L2T,
L7T, L9T, L14T
Deli
Dura x Pisifera
L239T,
L718T
Deli
Dura x Pisifera
SP
540 T
|
DP Dolok Sinumbah
DP Bah Jambi
DP Marihat
DP La Me
DP Yangambi
DP Avros
|
27,6
28,5
27,5
30,2
28,0
25,9
|
6,8
6,9
6,7
7,0
6,9
7,0
|
24,5
24,5
24,3
23,2
24,8
24,8
|
3. BAGIAN DARI
TANAMAN
Kelapa
sawit yang tumbuh tegak lurus dapat mencapai ketinggian 15 - 20 meter. Tanaman berumah satu (monoecious) karena bunga jantan dan
bunga betina terdapat pada satu pohon.
Bunga jantan dan bunga betina terdapat pada masing-masing tandan
bunganya dan terletak terpisah yang keluar dari ketiak pelepah daun. Tanaman dapat menyerbuk sendiri dan menyerbuk
silang.
Mengetahui bagian yang penting dari tanaman ini seperti
sistem perakaran, batang, daun, bunga, dan lain-lain perlu karena
keterkaitannya dengan berbagai hal di bidang agronomi, pemuliaan, perlindungan
tanaman, pemupukan, peramalan produksi, panen dan lain-lain. Sistem perakaran
misalnya berhubungan erat dengan kegiatan yang berkaitan dengan pemupukan,
pemeliharaan piringan pokok, panen, pemberantasan gulma dan hama. Batang kelapa sawit ada yang
cepat pertumbuhannya dan ada yang lambat. Sifat
ini dapat dipakai untuk pemilihan pokok induk karena keterkaitannya dengan
masalah panen.
Sistem perdaunan yaitu susunan cabang daun (roset),
jumlah pelepah, panjang pelepah daun, jumlah, panjang / lebar / susunan anak
daun dipakai untuk perhitungan luas permukaan daun dan dapat juga digunakan untuk perhitungan jarak
tanam atau kerapatan tanam, pengambilan contoh daun untuk pemupukan dan
peringatan dini pada pengamatan serangan hama, pengambilan ortet pada teknik
kultur jaringan dan lain-lain.
Mengetahui proses pembentukan bunga baik masa
pembentukan, kelaminnya, proses kematangan tandan serta tahapannya sangat
penting untuk peramalan produksi dan keseimbangan dalam pemupukan. Perkembangan
kematangan buah pada tandan juga perlu diketahui guna mengetahui kriteria panen
yang baik dari sudut kuantitas maupun kualitas dan dapat dipakai untuk
peramalan produksi jangka pendek. Susunan (komposisi) minyak yang terdapat pada
buah juga akan penting artinya diketahui untuk proses olah minyak lanjutan.
3.1. Akar (Radix)
Akar
mempunyai fungsi utama untuk menyangga bagian batang dan tajuk agar tetap tegak
dan menyerap hara makanan, akar tanaman kelapa sawit tumbuh ke bawah sedalam 50
– 60 cm dan menyebar kesamping sejauh 3 hingga 4 meter dari batang. Akar
melekat dengan kuat dalam tanah agar batang tetap tegak. Akar
tanaman kelapa sawit sangat kuat, elastis dan tetap dalam keadaan baik walaupun
pohonnya telah lama mati.
Tanaman kelapa sawit mempunyai sistem perakaran serabut. Akar
akan tumbuh ke bawah dan ke samping membentuk akar primer, akar sekunder, akar tertier dan akar kuarter. Akar primer tumbuh ke bawah di dalam tanah
sampai batas permukaan air tanah. Akar
sekunder, tertier dan kuarter tumbuh sejajar dengan permukaan air tanah atau
menuju ke lapisan atas atau ke tempat yang banyak mengandung unsur hara. Akar kuarter berfungsi sebagai penyerap air
dan unsur hara. Selain itu, akan tumbuh
juga akar napas yang berfungsi terutama untuk mengambil oksigen dalam tanah. Perkembangan akar dari mulai kecambah dapat
dijelaskan sebagai berikut :
Akar pertama
yang muncul dari kecambah adalah radikula yang panjangnya ± 15 cm,
mampu bertahan hingga 6 bulan. Dari
radikula akan muncul akar lainnya yang bertugas mengambil air dan hara. Akar ini kemudian fungsinya diambil alih oleh
akar primer yang keluar dari bagian bawah batang beberapa bulan kemudian. Akar primer tersebut berfungsi mengambil air
dan unsur hara. Dari akar primer tumbuh
akar sekunder yang tumbuh horisontal dan dari akar sekunder tumbuh juga akar
tertier dan kuarter yang berada dekat pada permukaan tanah.
Pada tanaman
di lapangan akar tertier dan akar kuarter berada pada 2,0 – 2,5 m dari pangkal
pohon atau di luar piringan dan terkonsentrasi pada kedalaman 0 – 20 cm dari
permukaan tanah. Akar primer yang keluar
dari pangkal batang jumlahnya sangat banyak dengan diameter 5,0 – 10,0 mm dan
tumbuh ke bawah sampai kedalaman 1,5 m.
Sedangkan akar sekunder, tertier dan kuarter ukurannya semakin kecil
dengan diameter masing-masing 2,0 – 4,0 mm, 0,7 – 2,0 mm dan 0,1 – 0,3 mm.
Penyebaran akar tanaman kelapa sawit dipengaruhi oleh
permukaan air tanah, aerasi dan tekstur tanah. Pada tanah yang beraerasi baik
dengan tekstur tanah yang ringan serta permukaan air tanah yang dalam akan
memberikan pertumbuhan serta penyebaran akar yang baik. Tanaman kelapa sawit
tidak menghendaki tanah dengan drainase yang kurang baik.
3.2. Batang (Caulis)
Batang pokok
berbentuk tegak dengan ukuran garis pusatnya 35 hingga 65 cm. Kadar kenaikan
tinggi pokok kelapa sawit adalah 45 hingga 70 cm setahun dan dapat mencapai
ketinggian maksimum 20 hingga 30 meter. Batang pokok tunggal, tidak berdahan
dan mempunyai pelepah-pelepah diujungnya. Pelepah ini tersusun secara lingkaran
dan tiap-tiap pelepah yang tua mempunyai rakis, helai daun dan duri. Setiap
tahun, dua puluh atau tiga puluh pelepah daun akan ditunas, tergantung umur
pokok tersebut. Pada setiap aksil pelepah daun terdapat satu tunas bunga yang
akan membentuk sama ada seludang bunga jantan atau betina.
Batang kelapa
sawit tidak memiliki kambium, tumbuh tegak lurus (phototropi) dan pada umumnya
tidak bercabang. Batang berbentuk
silinder dengan diameter antara 20 – 75
cm. Selama beberapa tahun batang
tertutup rapat oleh pelepah daun dan pelepah akan gugur karena membusuk dimulai
dari bagian bawah mulai pada umur 10-11 tahun.
Bagian bawah
batang umumnya lebih besar (disebut
bongkol batang = bowl).
Pertumbuhan meninggi batang berbeda-beda tergantung dari varitas dan
tipenya, tetapi pada umumnya tinggi batang bertambah 25 - 45 cm per tahun
(lihat tabel). Dalam kondisi lingkungan
yang sesuai pertambahan tinggi dapat mencapai 100 cm per tahun. Tinggi pohon maksimum yang ditanam di perkebunan berkisar antara 15 – 18 m.
Contoh pertambahan tinggi tanaman per tahun dari varitas
D x P Marihat
Umur
Tanaman
(tahun)
|
Tinggi
Tanaman
(m)
|
Umur
Tanaman
(tahun)
|
Tinggi
Tanaman
(m)
|
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
|
2,22
2,59
3,78
4,48
5,38
5,71
6,69
7,45
8,38
8,87
|
14
15
16
17
18
19
20
21
22
Rata-Rata
|
9,75
9,96
10,50
11,05
11,30
11,52
11,88
12,40
0,54
|
Kelapa
sawit mempunyai pertumbuhan terminal, yang mula-mula hanya pembesaran batang
tanpa diikuti pertambahan tinggi. Titik tumbuh terletak diujung batang yang
disebut umbut. Selama minimal 12 tahun, batang tertutup rapat oleh pelepah
daun. Pertumbuhan batang tergantung dari keadaan lingkungan, apabila pertumbuhannya normal maka diameter batang berkisar antara
45 sampai 60 cm. Bentuk batang silinder,
tetapi sampai 60 cm diatas tanah batang membesar dan lebih besar daripada bagian atas.
3.3. Daun (Folium)
Daun pertama
yang keluar pada stadia bibit adalah berbentuk lanceolate (Gambar 1), kemudian berkembang menjadi
bifurcate
(Gambar 2) dan terakhir berbentuk pinnate (Gambar 3). Pada umur bibit 5 bulan akan dijumpai 5
lanceolate, 4 bifurcate dan 3 pinnate.
Sedangkan pada umur bibit 12 bulan akan terdapat 5 lanceolate, 4 bifurcate dan 10 pinnate.
Pangkal
pelepah daun (petiole) adalah bagian
daun yang mendukung atau tempat duduknya anak/helaian daun dan terdiri atas rachis
(basis folium), tangkai daun (petiolus), duri (spine), helai anak daun
(lamina), ujung daun (apex folium), lidi (nervatio), tepi daun (margo folium)
dan daging daun (Iintervenium).
Daun kelapa sawit memiliki rumus daun 1/8. Lingkaran atau
spiralnya ada yang berputar kiri dan kanan tetapi kebanyakan putar kanan. Hal ini penting diketahui agar dapat mengetahui letak daun ke-9, ke-17 dan
lain-lain yang
dipakai sebagai standar pengukuran pertumbuhan maupun
pengambilan contoh daun.
Produksi pelepah daun pada tanaman selama setahun dapat
mencapai 20 - 30 pelepah, kemudian berkurang sesuai umur menjadi 18 –
25 pelepah atau kurang. Panjang
pelepah dapat mencapai 7,5 – 9,0 m
pada tanaman dewasa. Pada tiap pelepah
diisi oleh anak daun di kiri dan kanan rachis.
Jumlah anak daun pada tiap sisi
dapat mencapai 125 – 200. Anak daun
yang ditengah dapat mencapai panjang 1,2
m. Pada satu pohon dewasa dapat
dijumpai 40 – 50 pelepah. Daun
muda yang masih kuncup berwarna kuning pucat.
Untuk mengetahui luas permukaan daun (untuk tujuan
pengamatan pertumbuhan), maka dihitung berdasarkan rumus :
L = 2 k (d x l x p)
|
L =
luas permukaan daun
K =
faktor koreksi (0,55)
d = jumlah anak daun pada satu sisi
l = lebar anak daun rata-rata sampel
p = panjang anak daun rata-rata sampel
Luas permukaan daun dapat mencapai 10 –15 m2 pada tanaman dewasa yang berumur 10 tahun atau
lebih. Pada umumnya luas daun akan
mencapai maksimum pada umur 10 – 13 tahun. Untuk tercapainya produksi yang baik maka
luas permukaan daun yang optimal adalah 11 m2 .
Daun yang masih muda belum membuka dan tegak berdiri,
dalam waktu 2 tahun daun mulai membuka yang kemudian kedudukannya makin condong
sesuai dengan umurnya. Pada tanah-tanah yang subur daun akan cepat membuka
sehingga akan makin efektif proses asimilasinya.
Dalam satu bulan akan terbentuk dua sampai tiga pelepah
daun pada tanaman produksi sedang, sedangkan pada tanaman yang berproduksi
tinggi dalam waktu yang sama terbentuk tiga sampai empat pelepah daun. Untuk tanaman yang normal terdapat 45 sampai
55 pelepah daun, kadang-kadang sampai 60 pelepah jika tidak dipotong. Sisa
pelepah yang dipotong akan melekat pada
batang minimal 12 tahun. Umur daun dari mulai terbentuk
sampai tua sekitar enam hingga tujuh tahun.
Letak
pelepah daun pada batang menurut garis spiral yang bergerak dari kanan atas ke
kiri bawah. Letak daun 1 hampir tepat sejajar pada spiral daun ke-9,17, 25, 33
dan seterusnya atau spiral lain daun ke-2, 10, 18, 26, 34 dan seterusnya. Pola
ini berlaku untuk daun ke-3,.4, 5 dan seterusnya.
3.4. Bunga (Flos)
Tanaman kelapa sawit di lapangan mulai berbunga pada umur
12 – 14 bulan, tetapi baru ekonomis untuk dipanen pada umur 2,5 tahun. Dari setiap ketiak pelepah daun akan keluar
satu tandan bunga jantan atau bunga betina.
Identifikasi bunga jantan dan bunga betina di lapangan tidak terlalu
sulit, meskipun bunga masih terbungkus seludang. Bunga jantan ditandai dengan bentuknya
lonjong memanjang dan ujung kelopak bunga agak meruncing sedangkan bunga betina
bentuknya agak bulat dengan ujung kelopak bunga agak rata.
Sebagian dari
tandan bunga akan gugur (aborsi) sebelum anthesis atau sesudah anthesis. Pada tanaman muda sering juga dijumpai bunga
abnormal seperti bunga banci (hemaprodit)
yaitu tandan bunga yang memiliki dua jenis kelamin, bunga andromorphic (androgynous)
yaitu secara morfologi adalah bunga jantan tetapi pada sebagian spikeletnya
dijumpai bunga betina yang dapat membentuk buah sawit kecil. Persentase bunga abnormal sangat kecil yaitu
kurang dari satu bunga setiap pohon dan tidak semua pohon.
Sex
diferensiasi terjadi 17 – 25 bulan sebelum
anthesis dan setelah anthesis membutuhkan waktu 5 – 6 bulan buah menjadi matang
panen. Secara visual tandan
bunga jantan atau bunga betina baru dapat diketahui setelah muncul dari ketiak
pelepah daun yaitu 7 – 8 bulan sebelum buah matang panen atau 1 – 2 bulan sebelum
anthesis. Lamanya matang tandan sejak
anthesis adalah 158 – 160.
Tandan bunga
betina dibungkus oleh seludang bunga yang akan pecah 15 – 30 hari sebelum
anthesis. Satu tandan bunga betina memiliki 100 – 200 spikelet dan
setiap spikelet memiliki 15 – 20 bunga betina. Tidak semua bunga betina akan berhasil
membentuk buah sempurna yang matang, terutama pada bagian dalam. Pada tandan tanaman dewasa dapat diperoleh 600 –
2.000 buah
(brondolan) tergantung pada besarnya tandan dan setiap pohon dapat
menghasilkan 15 – 25 tandan/pohon/tahun pada tanaman muda dan pada tanaman
dewasa dan tua menghasilkan 8 – 12 tandan/pohon/tahun.
Bunga betina
tidak serentak proses anthesisnya. Pada satu tandan membutuhkan waktu 3 – 5 hari atau
lebih. Bunga betina yang sudah mekar
atau dalam keadaan reseptif mengalami beberapa tingkat perkembangan dan dapat
diketahui dari perbedaan warnanya, sebagai berikut :
·
Hari pertama : Warna bunga pada saat mekar adalah putih.
·
Hari kedua : Warna bunga berubah menjadi kuning gading
·
Hari ketiga : Warna bunga berubah menjadi agak kemerahan
(jingga)
·
Hari keempat : Warna bunga menjadi kehitam-hitaman.
Masa reseptif (masa subur) bunga betina membutuhkan waktu
36 – 48 jam, tetapi tidak semua bunga terbuka pada waktu yang sama. Ada tenggang waktu sampai 2 minggu antara
terbukanya bunga betina pertama dengan bunga betina terakhir dalam satu
rangkaian bunga. Pada satu tangkai bunga
betina yang normal, pembukaan bunga pada hari kedua merupakan saat yang tepat
untuk melakukan penyerbukan sebab pada saat tersebut rata-rata 82% bunga betina
sudah terbuka semua.
Seludang bunga jantan mempunyai tangkai dengan
spikelet-spikelet atau jari-jari dengan ukuran 12 – 20 cm panjang. Sebanyak
lebih kurang 200 spikelet dapat dijumpai pada satu seludang bunga jantan. Pada
setiap spikelet terdapat bunga yang berwarna kuning keputihan dan timbul dari
pangkal ke ujung bagi tiap-tiap spikelet. Seludang bunga betina mengandung
beberapa ribu bunga keluar dari 100 hingga 250 spikelet yang berduri dan
tersusun secara melingkar. Buah-buah akan terbentuk dan matang di antara 5½ hingga 6 bulan selepas pembuahan. Biasanya dalam satu tandan dapat
diperoleh lebih kurang 1500 buah pada pokok-pokok dewasa. Buah kelapa sawit
ialah jenis drup dan terdiri dari bagian luar (eksokarp) atau kulit
tipis, bagian tengah (mesokarp) atau pulpa dan bagian dalam (endokarp)
atau tempurung dan inti. Minyak kelapa sawit didapat dari mesokarp dan
inti. Daur hidup kelapa sawit adalah sekitar 25 – 30 tahun.
Demikian juga tandan bunga jantan dibungkus oleh seludang
bunga yang pecah jika akan anthesis seperti bunga betina. Tiap tandan bunga jantan memiliki 100 – 250
spikelet yang panjangnya 10 – 20 cm dan diameter 1,0 – 1,5 cm. Setiap spikelet berisi 500 – 1.500 bunga
kecil yang akan menghasilkan tepung sari.
Tandan bunga yang sedang anthesis berbau tajam (khas). Tiap tandan bunga jantan akan dapat
menghasilkan tepung sari sebanyak 40 – 60 gram.
Bunga jantan akan mengalami tingkat perkembangan dimulai
dari terbukanya seludang sampai siap melakukan penyerbukan, dengan tahapan
sebagai berikut :
·
Hari pertama : Seludang terbuka, tepung sari keluar dari
bagian ujung tandan bunga.
·
Hari kedua : Tepung sari keluar dari bagian tengah tandan
bunga.
·
Hari ketiga : Tepung sari keluar dari bagian bawah tandan
bunga dan mengeluarkan bau yang khas (spesifik). Kondisi ini menandakan bunga jantan sedang
aktif dan tepung sari dapat dipergunakan/diambil
untuk penyerbukan buatan.
Pada tanaman
muda jumlah bunga jantan per pohon lebih sedikit dibandingkan dengan tandan
bunga betina dan perbandingan ini akan berubah sesuai peningkatan umur
tanaman.
|
Angka sex ratio sangat penting diketahui untuk perhitungan
bunga dalam estimasi produksi, pollinasi bantuan, pelepasan serangga penyerbuk
dan lain-lain.
a. Cara Penyerbukan.
Bunga kelapa sawit termasuk berumah satu atau monocius,
dimana bunga jantan dan betina terdapat pada satu pohon tetapi masa antesisnya
berbeda.
Oleh karena itu pada umumnya terjadi penyerbukan silang.
Penyerbukan sendiri secara buatan dapat dilakukan dengan mempergunakan serbuk
sari yang disimpan.
b. Perkembangan bunga dan penyerbukan
Pada titik puncak batang terdapat titik tumbuh dari bakal
daun dan pada ketiaknya terdapat satu
bakal bunga.
Perkembangan bunga pada pohon dewasa, mulai dari tingkat
diferensiasi sex sampai antesis, berlangsung
dalam waktu kurang lebih dua tahun. Pada masa perkembangan sebagian
bunga dalam rangkaian itu gugur, biasanya sekitar 4-5 bulan sebelum tingkat kematangan penuh.
Rangkaian bunga terdiri dari batang poros yang mempunyai
cabang-cabang meruncing (spikelets) yang berjumlah 200 buah. Batang poros dari
rangkaian bunga jantan lebih panjang dari bunga betina dan batang poros bunga
betina lebih tersembunyi diantara pangkal-pangkal daun. Hal ini memungkinkan
terjadinya penyerbukan yang tidak sempurna.
Cabang-cabang
(spikelets) dari bunga jantan kurang lebih sama dengan bunga betina, tapi
jumlah bunga tiap cabang pada bunga jantan lebih banyak yaitu sekitar 700
sampai 1.200 bunga, sedang pada bunga betina hanya sekitar 5 sampai 30. Ditinjau dari dasar bentuknya semua bunga nampaknya
berkelamin ganda (bisexual).
Dalam masa transisi antara siklus jantan dan betina kadang-kadang terjadi
rangkaian bunga yang hemaprodit, terutama pada tanaman muda. Kejadian ini
bervariasi mulai dari rangkaian bunga betina dengan beberapa cabang bunga
jantan atau sebaliknya, sampai kadang-kadang terdapat suatu rangkaian disebut
“andromorphous” yang mempunyai bentuk susunan rangkaian bunga jantan tapi
mempunyai ratusan bunga betina yang keci-kecil pada cabang-cabangnya.
Sebuah rangkaian bunga
jantan dapat menghasilkan serbuk sari dalam jumlah yang cukup sampai 50 gram,
Serbuk sari ini dibawa oleh angin atau serangga. Serangga mempunyai peranan
penting yang sangat penting, sedangkan di Asia penyerbukan angin dianggap lebih
penting.
Viabilitas serbuk sari
segar biasanya baik, tapi dalam cuaca lembab viabilitas tersebut turun sekali
dan penyebarannya sangat terbatas.
Masa reseptif (dapat
diserbuki) bunga betina adalah 36 sampai 48 jam. Akan tetapi tidak semua bunga
terbuka pada waktu yang sama, sehingga ada tenggang waktu sampai dua minggu
diantara masa terbentuknya bunga betina pertama dan bunga terakhir dari satu
rangkaian bunga.
Rangkaian
bunga yang mempunyai persentase tertinggi dari bunga yang lambat terbuka dapat
menyulitkan dalam penyerbukan buatan.
Pada
rangkaian bunga yang normal hari kedua pembukaan bunga betina adalah yang
paling baik untuk penyerbukan dimana pada waktu itu rata-rata 82 persen dari
bunga betina telah terbuka.
3.5. Buah (Fructus)
Bunga betina setelah dibuahi akan berkembang pada
spikelet. Berat
satu buah (brondolan) yang sudah matang tergantung pada tipe induknya. Pada tipe tertentu berat buah (brondolan)
rata-rata 13 gram dan pada tipe lainnya ada yang mencapai 18 - 20 gram.
Berdasarkan
letaknya pada tandan, buah (brondolan) dibedakan menjadi 2 bagian yaitu buah
dalam dan buah luar. Buah
dalam adalah buah yang terletak di bagian dalam, ukuran lebih kecil
(karena terjepit) dan kurang sempurna bentuknya. Buah luar adalah buah yang posisinya
berada di luar, terlihat jelas, bentuknya sempurna dan ukurannya besar.
Proses kematangan buah mengalami beberapa tahapan, yaitu
:
·
Matang morfologis
: Kematangan
buah telah sempurna bentuknya dan kandungan minyak sudah optimal.
·
Matang fisiologis : Kematangan buah yang sudah lanjut yaitu
telah siap untuk tumbuh menjadi kecambah.
Biasanya 1 bulan sesudah matang morfologis.
Buah
(brondolan) luar yang telah lepas dari tandan dan jatuh ke tanah dipakai untuk
identifikasi atau kriteria kematangan tandan dalam pemanenan. Istilah yang digunakan adalah fraksi. Kriteria kematangan buah dibedakan menjadi 5
fraksi. Penjelasan detail mengenai
masing-masing fraksi buah akan disampaikan pada bagian tersendiri.
Secara umum, fraksi tandan yang baik adalah fraksi 2 dan
fraksi 3. Panen
dikatakan baik jika dapat mengumpulkan fraksi 2 dan fraksi 3 lebih dari 75%,
fraksi 1 maksimal 10% dan fraksi 4 kurang dari 15%. Perkembangan dari satu fraksi ke fraksi lainnya sangat cepat seperti urutan
berikut :
Hari
|
2,80
|
2,97
|
1,64
|
1,22
|
1,00
|
Fraksi
|
0
|
1
|
2
|
3
|
4
|
Dari angka tersebut, maka perhitungan rotasi panen untuk
mendapatkan kualitas buah yang baik adalah fraksi 1 + fraksi 2 + fraksi 3 +
fraksi 4 = (2,97 + 1,64 + 1,22 + 1,00) hari = 6,83 hari (dibulatkan 7 hari).
Daging buah
terdiri atas minyak, air dan serat. Serat buah terutama terdiri atas selulosa dan
lignin. Kadar air dan minyak berubah
menurut kematangan buah, sedangkan kadar serat pada daging buah hampir tetap
yaitu 13% terhadap berat buah sejak 3 bulan sesudah anthesis sampai buah
matang. Semakin tinggi kadar serat pada
daging buah akan memberi peluang lebih besar kehilangan minyak saat pengolahan.
|
Dalam waktu kira-kira 5 - 6 bulan setelah penyerbukan,
buah menjadi matang, Cuaca kering terlalu panjang dapat memperlambat pematangan
buah. Jumlah buah yang terdapat dalan satu tandan sangat bervariasi, diantaranya
tergantung dari umur. Pada pohon yang sudah cukup tua jumlah buah berkisar
sekitar 1.600 buah per tandan. Bentuk dan ukuran buah tergantung pada posisinya dalam tandan. Panjang
sampai 5 cm dengan berat sampai 30 gram. Warna buah tergantung dari varitas dan
tingkat kematangan.
Pada dasarnya buah terdiri dari :
(i)
Pericarp
Yaitu daging buah yang mempunyai arti ekonomi yang sangat penting karena
kandungan minyaknya. Bagian ini terdiri dari exocarp, yaitu kulit luar
sebagai pelindung dan mesocarp, yaitu bagian yang bersabut dan
mengandung minyak sangat banyak.
(ii)
Biji
Yaitu bagian yang terdiri dari kulit biji yang berupa tempurung yang
ketebalannya bervariasi di antara berbagai varitas. Dalam tempurung ini
terdapat cotyledon yang disebut kernel atau inti sawit dan mempunyai
arti ekonomi, karena mengandung minyak yang dapat diektrasi.
3.6. Biji
Biji merupakan
bagian buah yang telah terpisah dari daging buah dan sering disebut sebagai noten
atau nut. Biji terdiri atas cangkang, embryo dan inti
(endosperm). Namun terdapat juga biji tanpa inti.
Embryo
panjangnya 3 mm berdiameter 1,2 mm berbentuk silindris dan memiliki 2 bagian
utama (bagian yang tumpul berwarna kuning dan bagian yang agak tajam berwarna
putih).
Endosperm
merupakan cadangan makanan bagi pertumbuhan embryo. Pada perkecambahan embryo akan keluar
melalui lobang cangkang (germpore)
membentuk radikula (bakal akar) dan plumula (bakal daun).
Secara ringkas
pertumbuhan dan perkembangan komposisi buah sejak 1 bulan penyerbukan sampai
matang disajikan pada tabel berikut:
Umur Setelah Penyerbukan
|
Daging Buah
|
Cangkang
|
Inti
|
Embryo
|
||
Bln
|
Mngg
|
Hr
|
||||
1
1
1
1
|
0
1
2
3
|
30
37
44
51
|
Putih kehijauan
Putih kehijauan
Putih kehijauan
Putih
kehijauan
|
Sangat lambat
Masih lembut
Masih lembut
Mulai keras
|
Belum
terlihat
Berupa
cairan
Berupa
cairan
Berupa
cairan
|
Belum
terlihat
Belum
terlihat
Belum
terlihat
Belum
terlihat
|
2
2
2
2
|
0
1
2
3
|
60
67
74
81
|
Putih kehijauan
Putih kehijauan
Putih kehijauan
Putih
kehijauan
|
Mulai keras
Agak keras
Agak keras
Keras
|
Berupa
cairan
Seperti
agar
Seperti
agar
Putih
lembut
|
Belum
terlihat
Belum
terlihat
Belum
terlihat
Berupa garis putih
|
3
3
3
3
|
0
1
2
3
|
90
97
104
111
|
Putih kehijauan
Kuning kehijauan
Kuning kehijauan
Kuning
kehijauan
|
Keras
Keras/coklat muda
Keras/coklat muda
Keras/coklat
muda
|
Mulai keras
Keras
Keras
Keras
|
Putih panjang 1,5 mm
Putih kuning
3,0 mm
Putih kuning
3,0 mm
Kuning/putih
3,5 mm
|
3
3
3
3
3
3
3
|
4
5
6
7
8
9
10
|
118
125
132
139
146
153
160
|
Kuning kehijauan
Kuning kehijauan
Kuning kehijauan
Kuning kemerahan
Merah kekuningan
Merah kekuningan
Merah
kekuningan
|
Keras/coklat muda
Keras/coklat muda
Keras/coklat muda
Keras/coklat tua
Keras/coklat tua
Keras/coklat tua
Keras/coklat
tua
|
Keras/putih
Keras sekali
Keras sekali
Keras sekali
Keras berkulit
Keras berkulit
Keras
berkulit
|
Kuning/putih
3,5 mm
Kuning/putih
3,5 mm
Kuning/putih
3,5 mm
Kuning/putih
3,5 mm
Kuning/putih
3,5 mm
Kuning/putih
3,5 mm
Kuning/putih 3,5 mm
|
4. KARAKTERISTIK BEBERAPA
POPULASI KELAPA SAWIT
4.1. Deli Dura
Semua
balai penghasil biji untuk bahan tanaman menggunakan Deli Dura sebagai pokok
induknya. Belum ada yang dapat
menandingi Dura ini. Pemuliaan yang
intensif di Indonesia dan Malaysia sejak
sebelum Perang Dunia II telah banyak memperbaiki sifatnya. Adaptasinya baik, tandannya besar, daya
gabung baik merupakan ciri khas yang balum tertandingi. Dura Serdang dan Johor Labis di Malaysia juga
berasal dari Deli Dura.
“Genetic
variance”
juga terjadi pada Deli dura yang menghasilkan “dwarf mutan” yaitu
dumpy dura yang terdapat di Elmina (Malaysia) atau yang terkenal sebagai E –
206. Pohonnya lebih pendek, tegap,
tandannya lebih besar. Karena pelepah
daun panjang maka kerapatan tanam harus lebih kecil sehingga kondisi lapangan
akan menjadi lebih gelap dan lembab menyebabkan banyak terjadi kegagalan tandan
karena aborsi, dimana tepung sari tidak leluasa bergerak menyerbuk. Dumpy pada akhir – akhir ini
kembali menarik perhatian karena makin sulitnya tenaga panen. Pengamatan
menunjukkan bahwa produksi tandannya masih lebih rendah dari Deli Dura,
jumlah tandan lebih sedikit tapi berat tandan lebih tinggi.
Pada tabel berikut ditunjukkan parameter pengamatan dan
daya penurunan sifat yang umumnya dilakukan pada percobaan pemuliaan kelapa
sawit
Pembibitan
0 – 12 bulan
|
TBM
0 – 2,5 tahun
|
TM
> 2,5 tahun
|
||||||
Vegetatif
|
Vegetatif
|
Vegetatif
|
Generatif
|
|||||
1
|
Tinggi
|
1
|
Tinggi
|
1
|
Tinggi
|
1
|
Sex Ratio
|
|
2
|
Diameter batang
|
2
|
Jumlah/prod.pel.daun
|
2
|
Jumlah/prod.pel.daun
|
2
|
Aborsi bunga
|
|
3
|
Jumlah daun
|
3
|
Panjang pel. daun
|
3
|
Panjang pel. daun
|
3
|
Prod/berat tandan
|
|
4
|
Penyakit tajuk dll
|
4
|
Juml/panjang/lebar
a. daun
|
4
|
Juml/panjang/lebar a. daun
|
4
|
Anal. Tandan
% bh/tdn
% dg/bh
% m/dg
% m/tdn
% i/bh buah (gr)
% serat/dg
|
|
5
|
Abnormalitas
|
5
|
Luas pemukaan daun
|
5
|
Luas permukaan daun
|
5
|
Komp.minyak a.l jenuh
-
laurat
-
myristat
-
palmitat
-
stearat
|
|
6
|
Perakaran
|
6
|
Lebar/tebal petiole
|
6
|
Lebar/tebal petiole
|
6
|
Komp. Minyak a.l.t jenuh
-
palmitoleat
-
oleat
-
gadoleat
-
linoleat
-
I. Value
-
Karotein
|
|
7
|
Bahan kering
|
7
|
Kepekaan terhadap penyakit
|
7
|
Prod. Bahan kering (VDM)
|
|||
Generatif
|
8
|
Kecepatan tumbuh (CGR)
|
||||||
1
|
Mulai bunga
|
9
|
Asimilasi (NAR)
|
|||||
2
|
Sex ratio
|
10
|
Rerata tumbuh (CGRV)
|
|||||
3
|
Legitimasi
|
11
|
Stomata
|
|||||
12
|
Legitimasi
|
|||||||
13
|
Aktivitas mitochondria
|
|||||||
14
|
Kepekaan terhadap hama/penyakit
|
|||||||
Ket : pel. = pelepah;
a.l.t jenuh = asam lemak tidak jenuh; I. Value = Iodine value
4.2. Pisifera Yangambi
Pisifera
ini berasal dari INEAC (Institute National pour Agronomique,
Congo (Belgia) – Zaire). Pertumbuhannya jagur, cepat menghasilkan dan
cangkang tipis. SP 540 juga berasal dari
Yangambi demikian pula dengan EX5 yang mempunyai karakter sama dan
Pisifera Dolok Sinumbah lainnya.
4.3. Pisifera NIFOR
Pisifera
ini berasal dari Calabar, Aba dan Ufuma (Nigeria). Beberapa yang terkenal baik di Sumatera
adalah WA3, WA9, WA10 dan lain-lain.
Pisifera ini dimasukkan ke Indonesia oleh Puslitbun Marihat
pada tahun 1972 – 1973. Beberapa
diantaranya adalah NI 002, 004, 007.
Hasil pengujian menunjukkan bahwa produksi per ha mampu mencapai 6 ton,
kecepatan tumbuh 52 cm dan toleran terhadap penyakit tajuk, ragam genetis
kurang tetapi kwalitas kurang baik.
4.4. Pisifera La Me
Pertumbuhan
meninggi lebih lambat, lebih tahan angin, jumlah tandan banyak tetapi tandannya
kecil, daging buah 79 – 91 % kualitas baik, produksi baik, tangkai tandan
panjang. Kelemahannya adalah bunga
jantan sangat jarang. Kombinasi
terbaiknya dengan Deli Dura di Marihat pada pengujiannya memberi hasil sebagai
berikut :
Persilangan
|
Rendemen (%)
|
TBS/pkk/thn (kg)
|
Minyak/ton (ha)
|
L2T
X BJ7D
|
25,7
|
234
|
7,8
|
L5T
X BJ33D
|
25,2
|
220
|
7,2
|
Di
pusat Penelitian Marihat, Pisifera ini merupakan salah satu yang terbaik dan
banyak digunakan dalam produksi benih.
4.5. Pisifera
Kamerun
Pisifera
Marihat tergolong di dalamnya yang dimasukkan sebelum perang Dunia II ke
perkebunan Mayang (Sumatera Utara).
Pertumbuhannya lebih lambat dari Yangambi, kwalitas baik, agak peka
terhadap penyakit tajuk.
4.6. Pisifera
lainnya
Pisifera
lainnya seperti yang berasal dari Angola, Sibiti dan Jacobuet telah
dimasukkan pada tahun 1972 – 1973 oleh Puslitbun Marihat dan Socfindo. Pisifera Angola ku alitasnya baik, ragam genetis besar namun produksi kurang. Pisifera Sibiti hampir sama dengan Yangambi,
sedangkan Yacobuet ragam genetiknya besar.
Daftar
pemasukan (introduksi) dari bahan pangkal ini ke Indonesia dapat dilihat pada tabel
berikut ini :
Spesies
|
Tahun Masuk
|
Negara Asal
|
Lokasi
|
Dimasukkan Oleh
|
Tipe (lini)
|
Elaeis guineensis Afrika
|
1848
|
Mauritius/ Reunion
|
-
|
Pemerintah
|
D (Deli)
|
1914/15
|
Kongo
|
Yangambi
|
T
|
||
1921/22
|
Kongo
|
Djongo/Eala
|
AP. Avros
|
T
|
|
1930/31
|
Kamerun
|
-
|
GLB Mayang
|
T, D, P
|
|
1955/56
|
P. Gading
|
La Me
|
BOCM, Pabatu
|
T, P
|
|
1972
|
Kamerun
|
Pamol
|
MRS, Marihat
|
T
|
|
1972
|
Zaire
|
Yalingimba/Binga
|
MRS, Marihat
|
T
|
|
1972/76
|
Zaire
|
Yangambi
|
MRS, Socfindo
|
T, P
|
|
1972/76
|
Kongo
|
Sibiti
|
MRS, Socfindo
|
T,P
|
|
1972/76
|
Nigeria
|
Calabar/Nifor
|
MRS/Socfindo
|
T,p
|
|
1972/76
|
P. Gading
|
La Me/Yacobouet
|
MRS/Socfindo
|
T,P
|
|
1974
|
Angola
|
Salazar/N. Redondo
|
Socfindo
|
T
|
|
Elaeis oleifera A Latin
|
1953
|
Suriname
|
-
|
PPN, Marihat
|
D
|
1957
|
Brasil
|
-
|
HVA (D.Sin)
|
D
|
|
1974
|
Columbia
|
Monteria
|
MRS, Socfindo
|
D
|
Catatan : T = Tenera, D = Dura, P = Pisifera
Pemasukan 1972 – 1976 melalui kerjasama
dengan IRHO
No comments:
Post a Comment