Friday, May 18, 2018

Botani tanaman kelapa sawit


1.            PENDAHULUAN

a.  Kelapa sawit sangat penting artinya bagi Indonesia dalam kurun waktu 20 tahun terakhir ini, karena sebagai komoditi andalan untuk ekspor maupun komoditi yang dapat meningkatkan pendapatan petani pekebun serta transmigran Indonesia.

b.  Kelapa sawit bukanlah tanaman asli Indonesia dan baru ditanam secara komersil pada tahun 1911.  Istilah kelapa mungkin dimaksud sebagai istilah umum untuk jenis palm.  Meskipun demikian perkataan sawit sudah ada sejak lama.  Beberapa tempat sudah ada yang menggunakan nama “sawit” sebelum kelapa sawit masuk ke Indonesia pada tahun 1848 yang ditanam di Kebun Raya Bogor.  Dalam bahasa Jawa Kawi “sawit” artinya sidhakep, kalung.  Nama lain dalam bahasa Jawa adalah kelapa sewu dan dalam bahasa Sunda sering disebut sebagai salak minyak atau kelapa ciung.

2.            BOTANI DAN VARITAS

Kelapa sawit memiliki 36 kromosom menurut Henry (1945) sedang menurut Darlington & Wylie (1956) dan Arasu adalah sebanyak 32 kromosom. Nama latin dari kelapa sawit adalah Elaeis guineensis Jacq. Elaeis berasal dari kata Elaion yang berarti minyak dalam bahasa Yunani dan Guineensis berasal dari kata Guinea yaitu pantai Barat Afrika.  Jacq berasal dari nama ahli botani (botanist) Amerika bernama Jacquin.

Berdasarkan Taksonomi, kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

         Divisi                  :  Tracheophyita
         Sub Divisi          :  Pteropsida
         Kelas                  :  Angiospermeae
         Sub Kelas           :  Monocotyledoneae
         Ordo                   :  Cocoideae
         Famili                 :  Palmae
         Sub Famili          :  Cocoideae
         Genus                 :  Elaeis
         Spesies               :  Elaeis guineensis Jacq.
        
Varitas dari kelapa sawit cukup banyak dan diklasifikasikan dalam berbagai hal, yaitu berdasarkan tipe buah, bentuk luar, tebal cangkang, warna buah dan lain-lain. 

2.1.  Varitas Berdasarkan Warna Kulit Buah

Berdasarkan  warna kulit buah, spesies Elaeis guineensis Jacq dibedakan menjadi 3 varitas, sebagai berikut :

·      Nigrescens yaitu :   Buahnya berwarna violet sampai hitam waktu masih muda dan menjadi merah kuning (orange) sesudah matang.
·      Virescens   yaitu :   Buahnya berwarna hijau waktu masih muda dan menjadi merah kuning (orange) sesudah matang.
·      Albescens  yaitu :   Buah muda berwarna kuning pucat (keputih-putihan), tembus cahaya karena mengandung sedikit karotein dan tetap menjadi kekuning-kuningan sesudah matang dan ujungnya berwarna ungu kehitaman.           

Varitas nigrescens dan virescens buahnya ada yang memiliki carpel tambahan (bersayap) yang dikenal sebagai Diwakka-wakka.  Varitas lainnya ada yang disebut sebagai Elaeis idolatrica yaitu daunnya menyatu atau anak daunnya tidak memisah.

2.2.  Varitas Berdasarkan Ketebalan Cangkang dan Daging Buah

Berdasarkan tebal tipisnya cangkang (tempurung) dan daging buah (mesocarp), spesies Elaeis guineensis jacq dapat dibedakan menjadi 5 varitas, yaitu :

·      Dura  yaitu :                       Buah dengan cangkang cukup tebal antara 2,0 – 5,0 mm dan tidak terdapat lingkaran pada bagian luar cangkang.  Daging buah relatif tipis dengan perbandingan daging buah terhadap buah antara 20% - 65%.  Sedangkan kernel berukuran besar tetapi kandungan minyaknya rendah.

·      Pisifera  yaitu :                   Buah dengan cangkang tipis (bahkan hampir tidak ada) sedangkan daging buahnya tebal.  Perbandingan daging buah terhadap buah cukup tinggi.  Kernel berukuran kecil dengan kandungan minyak yang rendah.   Jenis Pisifera tidak dapat diperbanyak tanpa menyilangkan dengan jenis yang lain.  Varitas ini dikenal sebagai tanaman betina yang steril sebab bunga betina gugur pada fase dini.

·      Tenera  yaitu :                    Buah yang memiliki sifat-sifat yang berasal dari Dura dan Pisifera.  Cangkang tipis dengan ketebalan antara 1,0 – 2,5 mm dan terdapat lingkaran sabut disekelilingnya.  Perbandingan daging buah terhadap buah cukup tinggi antara 60% - 90%.  Tandan buah yang dihasilkan varitas Tenera lebih banyak daripada varitas Dura dan Pisifera tetapi ukuran tandanya relatif lebih kecil.

·      Macrocarya yaitu :             Buah dengan cangkang sangat tebal, sekitar 4 – 8,5 mm, sedangkan daging buahnya tipis hanya 0,75 – 2,5 mm.  Varitas ini jarang sekali digunakan untuk pemuliaan tanaman.

·      Diwakka-Wakka yaitu :     Buah memiliki dua lapisan daging buah.  Ketebalan daging buah tergantung hasil persilangan, yaitu Diwakka-wakka-Dura, Diwakka-wakka-Pisifera dan Diwakka-wakka-Tenera.



Secara ringkas, klasifikasi varitas Elaeis guineensis Jacq berdasarkan ketebalan cangkang, daging buah dan kernel disajikan pada tabel berikut :

Varitas
Tebal
Cangkang
(mm)
Tebal
Pericarp
(mm)
Prosentase
Cangkang/Buah
(%)
Prosentase
Mesocarp/
Buah
(%)
Prosentase
Inti/Buah
(%)
Dura
2,0 - 5,0
2,0 – 6,0
25 - 50
20 - 65
4 – 20
Tenera
1,0 - 2,5
3,0 – 10,0
3 - 20
60 - 90
3 – 15
Pisifera
0
5,0 – 10,0
0
92 - 97
3 – 8
Diwaka-waka
Beragam
beragam
beragam
beragam
Beragam
Macrocarya
4,0 - 8,5
0,75 - 2,5
40 – 70
10 - 30
2 – 10

Spesies lainnya yang sudah mulai dimanfaatkan adalah spesies yang berasal dari Amerika Selatan bernama Elaeis melanococcas Gaert dan Elaeis oleifera Cortes atau dikenal sebagai Caiaue yang banyak terdapat di negara Brasil, Suriname, Colombia dan lain-lain.

Kedua spesies ini memiliki beberapa sifat unik seperti :

*        Pertumbuhan meninggi lambat hanya 20 cm/tahun dibandingkan dengan Elaeis guineensis Jacq 45 cm/tahun.
*        Memiliki kanopi (tajuk) relatif lebih kecil, sehingga populasi tanaman per hektar lebih banyak.
*        Memiliki sex ratio tinggi dan sedikit sekali tandan bunga jantan.
*        Memiliki asam lemak tidak jenuh yang lebih tinggi.
*        Tingkat aborsi pembungaan sangat tinggi sehingga banyak terjadi kegagalan tandan matang, menyebabkan produksi tandan rendah.
*        Buah pada satu tandan tidak serentak matang.
*        Ketahanan terhadap keadaan tergenang lebih baik sehingga pada daerah sering banjir dapat beradaptasi.
*        Umur ekonomis lebih lama, namun secara komersial masih belum diusahakan karena belum terbukti menguntungkan.

2.3.   Varitas Unggul

Varitas-varitas unggul dihasilkan melalui hibridisasi atau persilangan buatan antara varitas Dura sebagai induk betina dengan varitas Pisifera sebagai induk jantan. 

Pohon induk betina dari varitas Dura berasal dari keturunan kelapa sawit di Kebun Raya Bogor yang dikembangkan di Sumatera Timur dan disebut Dura Deli.  Selain itu, berasal dari introduksi IRHO (Institut de Recherches les Huiles et Oleagineux).  Beberapa varitas Dura Deli yang dipakai sebagai induk betina adalah

-        Dura Deli Marihat.
-        Dura Deli Dolok Sinumbah, Pabatu, Bah Jambi, Tinjowan, Dolok Ilir.
-        Dura Dumpy Pabatu.
-        Dura Deli Gunung Bayu, Gunung Melayu.
-        Dura Deli IRHO dan Socfin.

Pohon induk jantan dari varitas Pisifera yang dikembangkan terdiri dari beberapa tipe yang umumnya diberi nama dari asal pohon induk diperoleh, antara lain  :
-        Pisifera Dolok Sinumbah dan Bah Jambi (berasal dari Yangambi).
-        Pisifera Marihat (berasal dari Kamerun)
-        Pisifera SP 540 T (berasal dari Kongo dan ditanam di S. Pancur).
-        Pisifera Lame.
-        Pisifera Yangambi (berasal dari Pantai Gading).
-        Pisifera Nifor.

Dari hasil persilangan antara pohon induk betina (Dura) dan pohon induk jantan (Pisifera) dihasilkan keturunan kesatu (filial ke-1= F-1) yang disebut Tenera.  Varitas Tenera tersebut sudah banyak dibudidayakan secara komersial karena menghasilkan minyak yang lebih tinggi. 
        
Beberapa contoh hasil persilangan antara varitas Dura dengan Pisifera yang menghasilkan bibit lebih unggul (Tenera) adalah sebagai berikut :

No
Nama
Varitas
Asal
Induk
Produktivitas
Produksi   TBS
(ton/ha)
Produksi CPO
(ton/ha)
Ekstraksi CPO
(%)
1

2

3

4

5

6

Deli Dura x Pisifera
H-5, E-5
Deli Dura x Pisifera
H-5 x E-5
Deli Dura x Pisifera
424, 968
Deli Dura x Pisifera
L2T, L7T, L9T, L14T
Deli Dura x Pisifera
L239T, L718T
Deli Dura x Pisifera
SP 540 T
DP Dolok Sinumbah
DP Bah Jambi

DP Marihat

DP La Me

DP Yangambi

DP Avros
27,6

28,5

27,5

30,2

28,0

25,9
6,8

6,9

6,7

7,0

6,9

7,0
24,5

24,5

24,3

23,2

24,8

24,8



3.      BAGIAN  DARI  TANAMAN

Kelapa sawit yang tumbuh tegak lurus dapat mencapai ketinggian 15 - 20 meter.  Tanaman berumah satu (monoecious) karena bunga jantan dan bunga betina terdapat pada satu pohon.  Bunga jantan dan bunga betina terdapat pada masing-masing tandan bunganya dan terletak terpisah yang keluar dari ketiak pelepah daun.  Tanaman dapat menyerbuk sendiri dan menyerbuk silang.

Mengetahui bagian yang penting dari tanaman ini seperti sistem perakaran, batang, daun, bunga, dan lain-lain perlu karena keterkaitannya dengan berbagai hal di bidang agronomi, pemuliaan, perlindungan tanaman, pemupukan, peramalan produksi, panen dan lain-lain. Sistem perakaran misalnya berhubungan erat dengan kegiatan yang berkaitan dengan pemupukan, pemeliharaan piringan pokok, panen, pemberantasan gulma dan hama. Batang kelapa sawit ada yang cepat pertumbuhannya dan ada yang lambat. Sifat ini dapat dipakai untuk pemilihan pokok induk karena keterkaitannya dengan masalah panen.

Sistem perdaunan yaitu susunan cabang daun (roset), jumlah pelepah, panjang pelepah daun, jumlah, panjang / lebar / susunan anak daun dipakai untuk perhitungan luas permukaan daun dan  dapat juga digunakan untuk perhitungan jarak tanam atau kerapatan tanam, pengambilan contoh daun untuk pemupukan dan peringatan dini pada pengamatan serangan hama, pengambilan ortet pada teknik kultur jaringan dan lain-lain.

Mengetahui proses pembentukan bunga baik masa pembentukan, kelaminnya, proses kematangan tandan serta tahapannya sangat penting untuk peramalan produksi dan keseimbangan dalam pemupukan. Perkembangan kematangan buah pada tandan juga perlu diketahui guna mengetahui kriteria panen yang baik dari sudut kuantitas maupun kualitas dan dapat dipakai untuk peramalan produksi jangka pendek. Susunan (komposisi) minyak yang terdapat pada buah juga akan penting artinya diketahui untuk proses olah minyak lanjutan.

         3.1.  Akar (Radix)

Akar mempunyai fungsi utama untuk menyangga bagian batang dan tajuk agar tetap tegak dan menyerap hara makanan, akar tanaman kelapa sawit tumbuh ke bawah sedalam 50 – 60 cm dan menyebar kesamping sejauh 3 hingga 4 meter dari batang. Akar melekat dengan kuat dalam tanah agar batang tetap tegak. Akar tanaman kelapa sawit sangat kuat, elastis dan tetap dalam keadaan baik walaupun pohonnya telah lama mati.

Tanaman kelapa sawit mempunyai sistem perakaran serabut.  Akar akan tumbuh ke bawah dan ke samping membentuk akar primer, akar sekunder, akar tertier dan akar kuarter.  Akar primer tumbuh ke bawah di dalam tanah sampai batas permukaan air tanah.  Akar sekunder, tertier dan kuarter tumbuh sejajar dengan permukaan air tanah atau menuju ke lapisan atas atau ke tempat yang banyak mengandung unsur hara.  Akar kuarter berfungsi sebagai penyerap air dan unsur hara.  Selain itu, akan tumbuh juga akar napas yang berfungsi terutama untuk mengambil oksigen dalam tanah.  Perkembangan akar dari mulai kecambah dapat dijelaskan sebagai berikut :

Akar pertama yang muncul dari kecambah adalah radikula yang panjangnya ± 15 cm, mampu bertahan hingga 6 bulan.  Dari radikula akan muncul akar lainnya yang bertugas mengambil air dan hara.  Akar ini kemudian fungsinya diambil alih oleh akar primer yang keluar dari bagian bawah batang beberapa bulan kemudian.  Akar primer tersebut berfungsi mengambil air dan unsur hara.  Dari akar primer tumbuh akar sekunder yang tumbuh horisontal dan dari akar sekunder tumbuh juga akar tertier dan kuarter yang berada dekat pada permukaan tanah.

Pada tanaman di lapangan akar tertier dan akar kuarter berada pada 2,0 – 2,5 m dari pangkal pohon atau di luar piringan dan terkonsentrasi pada kedalaman 0 – 20 cm dari permukaan tanah.  Akar primer yang keluar dari pangkal batang jumlahnya sangat banyak dengan diameter 5,0 – 10,0 mm dan tumbuh ke bawah sampai kedalaman 1,5 m.  Sedangkan akar sekunder, tertier dan kuarter ukurannya semakin kecil dengan diameter masing-masing 2,0 – 4,0 mm, 0,7 – 2,0 mm dan 0,1 – 0,3 mm.

Penyebaran akar tanaman kelapa sawit dipengaruhi oleh permukaan air tanah, aerasi dan tekstur tanah. Pada tanah yang beraerasi baik dengan tekstur tanah yang ringan serta permukaan air tanah yang dalam akan memberikan pertumbuhan serta penyebaran akar yang baik. Tanaman kelapa sawit tidak menghendaki tanah dengan drainase yang kurang baik.

3.2.  Batang (Caulis)

Batang pokok berbentuk tegak dengan ukuran garis pusatnya 35 hingga 65 cm. Kadar kenaikan tinggi pokok kelapa sawit adalah 45 hingga 70 cm setahun dan dapat mencapai ketinggian maksimum 20 hingga 30 meter. Batang pokok tunggal, tidak berdahan dan mempunyai pelepah-pelepah diujungnya. Pelepah ini tersusun secara lingkaran dan tiap-tiap pelepah yang tua mempunyai rakis, helai daun dan duri. Setiap tahun, dua puluh atau tiga puluh pelepah daun akan ditunas, tergantung umur pokok tersebut. Pada setiap aksil pelepah daun terdapat satu tunas bunga yang akan membentuk sama ada seludang bunga jantan atau betina.

Batang kelapa sawit tidak memiliki kambium, tumbuh tegak lurus (phototropi) dan pada umumnya tidak bercabang.  Batang berbentuk silinder  dengan diameter antara 20 – 75 cm.  Selama beberapa tahun batang tertutup rapat oleh pelepah daun dan pelepah akan gugur karena membusuk dimulai dari bagian bawah mulai pada umur 10-11 tahun. 

Bagian bawah batang umumnya   lebih besar (disebut bongkol batang = bowl).  Pertumbuhan meninggi batang berbeda-beda tergantung dari varitas dan tipenya, tetapi pada umumnya tinggi batang bertambah 25 - 45 cm per tahun (lihat tabel).  Dalam kondisi lingkungan yang sesuai pertambahan tinggi dapat mencapai 100 cm per tahun.  Tinggi pohon maksimum yang ditanam di perkebunan berkisar antara 15 – 18 m.

Contoh pertambahan tinggi tanaman per tahun dari varitas D x P Marihat
              
Umur Tanaman
(tahun)
Tinggi Tanaman
(m)
Umur Tanaman
(tahun)
Tinggi Tanaman
(m)
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
2,22
2,59
3,78
4,48
5,38
5,71
6,69
7,45
8,38
8,87
14
15
16
17
18
19
20
21
22
Rata-Rata
9,75
9,96
10,50
11,05
11,30
11,52
11,88
12,40

0,54

Kelapa sawit mempunyai pertumbuhan terminal, yang mula-mula hanya pembesaran batang tanpa diikuti pertambahan tinggi. Titik tumbuh terletak diujung batang yang disebut umbut. Selama minimal 12 tahun, batang tertutup rapat oleh pelepah daun. Pertumbuhan batang tergantung dari keadaan lingkungan, apabila  pertumbuhannya  normal maka diameter batang berkisar antara 45 sampai 60 cm.  Bentuk batang silinder, tetapi sampai 60 cm diatas tanah batang membesar  dan lebih besar daripada bagian atas.

3.3.  Daun (Folium)

Daun pertama yang keluar pada stadia bibit adalah berbentuk lanceolate (Gambar 1), kemudian berkembang menjadi bifurcate (Gambar 2) dan terakhir berbentuk pinnate (Gambar 3).  Pada umur bibit  5 bulan akan dijumpai  5 lanceolate, 4 bifurcate dan 3 pinnate.  Sedangkan pada umur bibit 12 bulan akan terdapat 5 lanceolate, 4 bifurcate dan 10 pinnate.

Pangkal pelepah daun (petiole) adalah bagian daun yang mendukung atau tempat duduknya anak/helaian daun dan terdiri atas rachis (basis folium), tangkai daun (petiolus), duri (spine), helai anak daun (lamina), ujung daun (apex folium), lidi (nervatio), tepi daun (margo folium) dan daging daun (Iintervenium).

Daun kelapa sawit memiliki rumus daun 1/8.  Lingkaran atau spiralnya ada yang berputar kiri dan kanan tetapi kebanyakan putar kanan.  Hal ini penting diketahui agar dapat mengetahui letak daun ke-9, ke-17 dan lain-lain yang

dipakai sebagai standar pengukuran pertumbuhan maupun pengambilan contoh daun. 

Produksi pelepah daun pada tanaman selama setahun dapat mencapai 20 - 30 pelepah, kemudian berkurang sesuai umur menjadi 18 – 25 pelepah atau kurang.  Panjang pelepah dapat mencapai 7,5 – 9,0 m pada tanaman dewasa.  Pada tiap pelepah diisi oleh anak daun di kiri dan kanan rachis.  Jumlah anak daun pada tiap sisi dapat mencapai 125 – 200.  Anak daun yang ditengah dapat mencapai panjang 1,2 m.  Pada satu pohon dewasa dapat dijumpai 40 – 50 pelepah.  Daun muda yang masih kuncup berwarna kuning pucat. 

Untuk mengetahui luas permukaan daun (untuk tujuan pengamatan pertumbuhan), maka dihitung berdasarkan rumus :

L = 2 k (d x l x p)

L    =    luas permukaan daun        
K   =    faktor koreksi (0,55)       
d    =    jumlah anak daun pada satu sisi
l     =    lebar anak daun rata-rata sampel                         
p    =    panjang anak daun rata-rata sampel

Luas permukaan daun dapat mencapai 10 –15 m2  pada tanaman dewasa yang berumur 10 tahun atau lebih.  Pada umumnya luas daun akan mencapai maksimum pada umur 10 – 13 tahun.  Untuk tercapainya produksi yang baik maka luas permukaan daun yang optimal adalah 11 m2 .

Daun yang masih muda belum membuka dan tegak berdiri, dalam waktu 2 tahun daun mulai membuka yang kemudian kedudukannya makin condong sesuai dengan umurnya. Pada tanah-tanah yang subur daun akan cepat membuka sehingga akan makin efektif proses asimilasinya.

Dalam satu bulan akan terbentuk dua sampai tiga pelepah daun pada tanaman produksi sedang, sedangkan pada tanaman yang berproduksi tinggi dalam waktu yang sama terbentuk tiga sampai empat pelepah daun.  Untuk tanaman yang normal terdapat 45 sampai 55 pelepah daun, kadang-kadang sampai 60 pelepah jika tidak dipotong. Sisa pelepah yang dipotong akan melekat pada

batang minimal 12 tahun. Umur daun dari mulai terbentuk sampai tua sekitar enam hingga tujuh tahun.

Letak pelepah daun pada batang menurut garis spiral yang bergerak dari kanan atas ke kiri bawah. Letak daun 1 hampir tepat sejajar pada spiral daun ke-9,17, 25, 33 dan seterusnya atau spiral lain daun ke-2, 10, 18, 26, 34 dan seterusnya. Pola ini berlaku untuk daun ke-3,.4, 5 dan seterusnya.

         3.4.  Bunga (Flos)

Tanaman kelapa sawit di lapangan mulai berbunga pada umur 12 – 14 bulan, tetapi baru ekonomis untuk dipanen pada umur 2,5 tahun.  Dari setiap ketiak pelepah daun akan keluar satu tandan bunga jantan atau bunga betina.  Identifikasi bunga jantan dan bunga betina di lapangan tidak terlalu sulit, meskipun bunga masih terbungkus seludang.  Bunga jantan ditandai dengan bentuknya lonjong memanjang dan ujung kelopak bunga agak meruncing sedangkan bunga betina bentuknya agak bulat dengan ujung kelopak bunga agak rata.

Sebagian dari tandan bunga akan gugur (aborsi) sebelum anthesis atau sesudah anthesis.  Pada tanaman muda sering juga dijumpai bunga abnormal seperti bunga banci (hemaprodit) yaitu tandan bunga yang memiliki dua jenis kelamin, bunga andromorphic (androgynous) yaitu secara morfologi adalah bunga jantan tetapi pada sebagian spikeletnya dijumpai bunga betina yang dapat membentuk buah sawit kecil.  Persentase bunga abnormal sangat kecil yaitu kurang dari satu bunga setiap pohon dan tidak semua pohon.

Sex diferensiasi terjadi 17 – 25 bulan sebelum anthesis dan setelah anthesis membutuhkan waktu 5 – 6 bulan buah menjadi matang panen.  Secara visual tandan bunga jantan atau bunga betina baru dapat diketahui setelah muncul dari ketiak pelepah daun yaitu 7 – 8 bulan sebelum buah matang panen atau 1 – 2 bulan sebelum anthesis.  Lamanya matang tandan sejak anthesis adalah 158 – 160.

Tandan bunga betina dibungkus oleh seludang bunga yang akan pecah 15 – 30 hari sebelum anthesis.  Satu tandan bunga betina memiliki 100 – 200 spikelet dan setiap spikelet memiliki 15 – 20 bunga betina.  Tidak semua bunga betina akan berhasil membentuk buah sempurna yang matang, terutama pada bagian dalam.  Pada tandan tanaman dewasa dapat diperoleh 600 – 2.000 buah

(brondolan) tergantung pada besarnya tandan dan setiap pohon dapat menghasilkan 15 – 25 tandan/pohon/tahun pada tanaman muda dan pada tanaman dewasa dan tua menghasilkan 8 – 12 tandan/pohon/tahun.

Bunga betina tidak serentak proses anthesisnya.  Pada satu tandan membutuhkan waktu 3 – 5 hari atau lebih.  Bunga betina yang sudah mekar atau dalam keadaan reseptif mengalami beberapa tingkat perkembangan dan dapat diketahui dari perbedaan warnanya, sebagai berikut :

·      Hari pertama   :    Warna bunga pada saat mekar adalah putih.
·      Hari kedua     :    Warna bunga berubah menjadi kuning gading
·      Hari ketiga           :    Warna bunga berubah menjadi agak kemerahan (jingga)
·      Hari keempat   :    Warna bunga menjadi kehitam-hitaman.

Masa reseptif (masa subur) bunga betina membutuhkan waktu 36 – 48 jam, tetapi tidak semua bunga terbuka pada waktu yang sama.  Ada tenggang waktu sampai 2 minggu antara terbukanya bunga betina pertama dengan bunga betina terakhir dalam satu rangkaian bunga.  Pada satu tangkai bunga betina yang normal, pembukaan bunga pada hari kedua merupakan saat yang tepat untuk melakukan penyerbukan sebab pada saat tersebut rata-rata 82% bunga betina sudah terbuka semua.

Seludang bunga jantan mempunyai tangkai dengan spikelet-spikelet atau jari-jari dengan ukuran 12 – 20 cm panjang. Sebanyak lebih kurang 200 spikelet dapat dijumpai pada satu seludang bunga jantan. Pada setiap spikelet terdapat bunga yang berwarna kuning keputihan dan timbul dari pangkal ke ujung bagi tiap-tiap spikelet. Seludang bunga betina mengandung beberapa ribu bunga keluar dari 100 hingga 250 spikelet yang berduri dan tersusun secara melingkar. Buah-buah akan terbentuk dan matang di antara 5½ hingga 6 bulan selepas pembuahan. Biasanya dalam satu tandan dapat diperoleh lebih kurang 1500 buah pada pokok-pokok dewasa. Buah kelapa sawit ialah jenis drup dan terdiri dari bagian luar (eksokarp) atau kulit tipis, bagian tengah (mesokarp) atau pulpa dan bagian dalam (endokarp) atau tempurung dan inti. Minyak kelapa sawit didapat dari mesokarp dan inti. Daur hidup kelapa sawit adalah sekitar 25 – 30 tahun.

Demikian juga tandan bunga jantan dibungkus oleh seludang bunga yang pecah jika akan anthesis seperti bunga betina.  Tiap tandan bunga jantan memiliki 100 – 250 spikelet yang panjangnya 10 – 20 cm dan diameter 1,0 – 1,5 cm.  Setiap spikelet berisi 500 – 1.500 bunga kecil yang akan menghasilkan tepung sari.  Tandan bunga yang sedang anthesis berbau tajam (khas).  Tiap tandan bunga jantan akan dapat menghasilkan tepung sari sebanyak 40 – 60 gram.

Bunga jantan akan mengalami tingkat perkembangan dimulai dari terbukanya seludang sampai siap melakukan penyerbukan, dengan tahapan sebagai berikut :

·      Hari pertama   :    Seludang terbuka, tepung sari keluar dari bagian ujung tandan bunga.
·      Hari kedua      :    Tepung sari keluar dari bagian tengah tandan bunga.
·      Hari ketiga      :    Tepung sari keluar dari bagian bawah tandan bunga dan mengeluarkan bau yang khas (spesifik).  Kondisi ini menandakan bunga jantan sedang aktif  dan tepung sari dapat dipergunakan/diambil untuk penyerbukan buatan.

Pada tanaman muda jumlah bunga jantan per pohon lebih sedikit dibandingkan dengan tandan bunga betina dan perbandingan ini akan berubah sesuai peningkatan umur tanaman. 





   Perbandingan antara jumlah tandan bunga betina terhadap jumlah tandan total (tandan bunga jantan + tandan bunga betina + tandan bunga hermaprodit + lain-lain) dikenal sebagai SEX RATIO dan dinyatakan dalam persen (%). 
 
 







Angka sex ratio sangat penting diketahui untuk perhitungan bunga dalam estimasi produksi, pollinasi bantuan, pelepasan serangga penyerbuk dan lain-lain.

a.   Cara Penyerbukan.

Bunga kelapa sawit termasuk berumah satu atau monocius, dimana bunga jantan dan betina terdapat pada satu pohon tetapi masa antesisnya berbeda.

Oleh karena itu pada umumnya terjadi penyerbukan silang. Penyerbukan sendiri secara buatan dapat dilakukan dengan mempergunakan serbuk sari yang disimpan.

b.   Perkembangan bunga dan penyerbukan

Pada titik puncak batang terdapat titik tumbuh dari bakal daun dan pada ketiaknya    terdapat satu bakal bunga.

Perkembangan bunga pada pohon dewasa, mulai dari tingkat diferensiasi sex sampai antesis, berlangsung  dalam waktu kurang lebih dua tahun. Pada masa perkembangan sebagian bunga dalam rangkaian itu gugur, biasanya sekitar 4-5  bulan sebelum tingkat kematangan penuh.

Rangkaian bunga terdiri dari batang poros yang mempunyai cabang-cabang meruncing (spikelets) yang berjumlah 200 buah. Batang poros dari rangkaian bunga jantan lebih panjang dari bunga betina dan batang poros bunga betina lebih tersembunyi diantara pangkal-pangkal daun. Hal ini memungkinkan terjadinya penyerbukan yang tidak sempurna.

                        Cabang-cabang (spikelets) dari bunga jantan kurang lebih sama dengan bunga betina, tapi jumlah bunga tiap cabang pada bunga jantan lebih banyak yaitu sekitar 700 sampai 1.200 bunga, sedang pada bunga betina hanya sekitar 5 sampai 30.  Ditinjau dari dasar bentuknya semua bunga nampaknya berkelamin ganda (bisexual).

                        Dalam masa transisi antara siklus jantan dan betina kadang-kadang terjadi rangkaian bunga yang hemaprodit, terutama pada tanaman muda. Kejadian ini bervariasi mulai dari rangkaian bunga betina dengan beberapa cabang bunga jantan atau sebaliknya, sampai kadang-kadang terdapat suatu rangkaian disebut “andromorphous” yang mempunyai bentuk susunan rangkaian bunga jantan tapi mempunyai ratusan bunga betina yang keci-kecil pada cabang-cabangnya.

                        Sebuah rangkaian bunga jantan dapat menghasilkan serbuk sari dalam jumlah yang cukup sampai 50 gram, Serbuk sari ini dibawa oleh angin atau serangga. Serangga mempunyai peranan penting yang sangat penting, sedangkan di Asia penyerbukan angin dianggap lebih penting.

                        Viabilitas serbuk sari segar biasanya baik, tapi dalam cuaca lembab viabilitas tersebut turun sekali dan penyebarannya sangat terbatas.

                        Masa reseptif (dapat diserbuki) bunga betina adalah 36 sampai 48 jam. Akan tetapi tidak semua bunga terbuka pada waktu yang sama, sehingga ada tenggang waktu sampai dua minggu diantara masa terbentuknya bunga betina pertama dan bunga terakhir dari satu rangkaian bunga.

                        Rangkaian bunga yang mempunyai persentase tertinggi dari bunga yang lambat terbuka dapat menyulitkan dalam penyerbukan buatan.

                        Pada rangkaian bunga yang normal hari kedua pembukaan bunga betina adalah yang paling baik untuk penyerbukan dimana pada waktu itu rata-rata 82 persen dari bunga betina telah terbuka.

3.5.  Buah (Fructus)

Bunga betina setelah dibuahi akan berkembang pada spikelet.  Berat satu buah (brondolan) yang sudah matang tergantung pada tipe induknya.  Pada tipe tertentu berat buah (brondolan) rata-rata 13 gram dan pada tipe lainnya ada yang mencapai 18 - 20 gram.

Berdasarkan letaknya pada tandan, buah (brondolan) dibedakan menjadi 2 bagian yaitu buah dalam dan buah luar.  Buah dalam adalah buah yang terletak di bagian dalam, ukuran lebih kecil (karena terjepit) dan kurang sempurna bentuknya.  Buah luar adalah buah yang posisinya berada di luar, terlihat jelas, bentuknya sempurna dan ukurannya besar.


Proses kematangan buah mengalami beberapa tahapan, yaitu :

·      Matang morfologis   :     Kematangan buah telah sempurna bentuknya dan kandungan minyak sudah optimal.
·      Matang fisiologis       :     Kematangan buah yang sudah lanjut yaitu telah siap untuk tumbuh menjadi kecambah.  Biasanya 1 bulan sesudah matang morfologis.

Buah (brondolan) luar yang telah lepas dari tandan dan jatuh ke tanah dipakai untuk identifikasi atau kriteria kematangan tandan dalam pemanenan.  Istilah yang digunakan adalah fraksi.  Kriteria kematangan buah dibedakan menjadi 5 fraksi.  Penjelasan detail mengenai masing-masing fraksi buah akan disampaikan pada bagian tersendiri.

Secara umum, fraksi tandan yang baik adalah fraksi 2 dan fraksi 3.  Panen dikatakan baik jika dapat mengumpulkan fraksi 2 dan fraksi 3 lebih dari 75%, fraksi 1 maksimal 10% dan fraksi 4 kurang dari 15%.  Perkembangan dari satu fraksi ke fraksi lainnya sangat cepat seperti urutan berikut :

Hari
2,80
2,97
1,64
1,22
1,00
Fraksi
0
1
2
3
4

Dari angka tersebut, maka perhitungan rotasi panen untuk mendapatkan kualitas buah yang baik adalah fraksi 1 + fraksi 2 + fraksi 3 + fraksi 4 = (2,97 + 1,64 + 1,22 + 1,00) hari = 6,83 hari (dibulatkan 7 hari).

Daging buah terdiri atas minyak, air dan serat.   Serat buah terutama terdiri atas selulosa dan lignin.  Kadar air dan minyak berubah menurut kematangan buah, sedangkan kadar serat pada daging buah hampir tetap yaitu 13% terhadap berat buah sejak 3 bulan sesudah anthesis sampai buah matang.  Semakin tinggi kadar serat pada daging buah akan memberi peluang lebih besar kehilangan minyak saat pengolahan.






Minyak pada daging buah pada 3 bulan setelah anthesis hanya 1,3 % dari berat daging buah tetapi akan terus meningkat pesat menjadi maksimum menjelang panen, yaitu 50 – 60%.  Sebaliknya kadar air pada buah muda adalah tinggi tetapi akan menurun sejalan dengan kematangan buah dan peningkatan kadar minyak pada daging buah.

 
 








Dalam waktu kira-kira 5 - 6 bulan setelah penyerbukan, buah menjadi matang, Cuaca kering terlalu panjang dapat memperlambat pematangan buah. Jumlah buah yang terdapat dalan satu tandan sangat bervariasi, diantaranya tergantung dari umur. Pada pohon yang sudah cukup tua jumlah buah berkisar sekitar 1.600 buah per tandan. Bentuk dan ukuran buah tergantung pada posisinya dalam tandan. Panjang sampai 5 cm dengan berat sampai 30 gram. Warna buah tergantung dari varitas dan tingkat kematangan.

Pada dasarnya buah terdiri dari :

(i)  Pericarp

      Yaitu daging buah yang mempunyai arti ekonomi yang sangat penting karena kandungan minyaknya. Bagian ini terdiri dari exocarp, yaitu kulit luar sebagai pelindung dan mesocarp, yaitu bagian yang bersabut dan mengandung minyak sangat banyak.

(ii)  Biji

     Yaitu bagian yang terdiri dari kulit biji yang berupa tempurung yang ketebalannya bervariasi di antara berbagai varitas. Dalam tempurung ini terdapat cotyledon yang disebut kernel atau inti sawit dan mempunyai arti ekonomi, karena mengandung minyak yang dapat diektrasi.

3.6.  Biji

Biji merupakan bagian buah yang telah terpisah dari daging buah dan sering disebut sebagai noten atau nut.  Biji terdiri atas cangkang, embryo dan inti (endosperm).  Namun terdapat juga biji tanpa inti.

Embryo panjangnya 3 mm berdiameter 1,2 mm berbentuk silindris dan memiliki 2 bagian utama (bagian yang tumpul berwarna kuning dan bagian yang agak tajam berwarna putih). 

Endosperm merupakan cadangan makanan bagi pertumbuhan embryo.  Pada perkecambahan embryo akan keluar melalui lobang cangkang (germpore) membentuk radikula (bakal akar) dan plumula (bakal daun).

Secara ringkas pertumbuhan dan perkembangan komposisi buah sejak 1 bulan penyerbukan sampai matang disajikan pada tabel  berikut:

Umur Setelah Penyerbukan
Daging Buah
Cangkang
Inti
Embryo
Bln
Mngg
Hr
1
1
1
1
0
1
2
3
30
37
44
51
Putih kehijauan
Putih kehijauan
Putih kehijauan
Putih kehijauan
Sangat lambat
Masih lembut
Masih lembut
Mulai keras
Belum terlihat
Berupa cairan
Berupa cairan
Berupa cairan
Belum terlihat
Belum terlihat
Belum terlihat
Belum terlihat
2
2
2
2
0
1
2
3
60
67
74
81
Putih kehijauan
Putih kehijauan
Putih kehijauan
Putih kehijauan
Mulai keras
Agak keras
Agak keras
Keras
Berupa cairan
Seperti agar
Seperti agar
Putih lembut
Belum terlihat
Belum terlihat
Belum terlihat
Berupa garis putih
3
3
3
3
0
1
2
3
90
97
104
111
Putih kehijauan
Kuning kehijauan
Kuning kehijauan
Kuning kehijauan
Keras
Keras/coklat muda
Keras/coklat muda
Keras/coklat muda
Mulai keras
Keras
Keras
Keras
Putih panjang 1,5 mm
Putih kuning  3,0 mm
Putih kuning  3,0 mm
Kuning/putih  3,5 mm
3
3
3
3
3
3
3
4
5
6
7
8
9
10
118
125
132
139
146
153
160
Kuning kehijauan
Kuning kehijauan
Kuning kehijauan
Kuning kemerahan
Merah kekuningan
Merah kekuningan
Merah kekuningan
Keras/coklat muda
Keras/coklat muda
Keras/coklat muda
Keras/coklat tua
Keras/coklat tua
Keras/coklat tua
Keras/coklat tua
Keras/putih
Keras sekali
Keras sekali
Keras sekali
Keras berkulit
Keras berkulit
Keras berkulit
Kuning/putih  3,5 mm
Kuning/putih  3,5 mm
Kuning/putih  3,5 mm
Kuning/putih  3,5 mm
Kuning/putih  3,5 mm
Kuning/putih  3,5 mm
Kuning/putih  3,5 mm


4.      KARAKTERISTIK BEBERAPA POPULASI KELAPA SAWIT

4.1.   Deli Dura

Semua balai penghasil biji untuk bahan tanaman menggunakan Deli Dura sebagai pokok induknya.  Belum ada yang dapat menandingi Dura ini.  Pemuliaan yang intensif di Indonesia dan Malaysia sejak sebelum Perang Dunia II telah banyak memperbaiki sifatnya.  Adaptasinya baik, tandannya besar, daya gabung baik merupakan ciri khas yang balum tertandingi.  Dura Serdang dan Johor Labis di Malaysia juga berasal dari Deli Dura.

Genetic variance” juga terjadi pada Deli dura yang menghasilkan “dwarf mutan” yaitu dumpy dura yang terdapat di Elmina (Malaysia) atau yang terkenal sebagai E – 206.  Pohonnya lebih pendek, tegap, tandannya lebih besar.  Karena pelepah daun panjang maka kerapatan tanam harus lebih kecil sehingga kondisi lapangan akan menjadi lebih gelap dan lembab menyebabkan banyak terjadi kegagalan tandan karena aborsi, dimana tepung sari tidak leluasa bergerak menyerbuk.  Dumpy pada akhir – akhir ini kembali menarik perhatian karena makin sulitnya tenaga panen.  Pengamatan  menunjukkan bahwa produksi tandannya masih lebih rendah dari Deli Dura, jumlah tandan lebih sedikit tapi berat tandan lebih tinggi.

Pada tabel berikut ditunjukkan parameter pengamatan dan daya penurunan sifat yang umumnya dilakukan pada percobaan pemuliaan kelapa sawit

Pembibitan
0 – 12 bulan
TBM
0 – 2,5 tahun
TM
> 2,5 tahun
Vegetatif
Vegetatif
Vegetatif
Generatif
1
Tinggi
1
Tinggi
1
Tinggi
1
Sex Ratio
2
Diameter batang
2
Jumlah/prod.pel.daun
2
Jumlah/prod.pel.daun
2
Aborsi bunga
3
Jumlah daun
3
Panjang pel. daun
3
Panjang pel. daun
3
Prod/berat tandan
4
Penyakit tajuk dll
4
Juml/panjang/lebar a. daun
4
Juml/panjang/lebar a. daun
4
Anal. Tandan
% bh/tdn
% dg/bh
% m/dg
% m/tdn
% i/bh buah (gr)
% serat/dg
5
Abnormalitas
5
Luas pemukaan daun
5
Luas permukaan daun
5
Komp.minyak a.l jenuh
-       laurat
-       myristat
-       palmitat
-       stearat
6
Perakaran
6
Lebar/tebal petiole
6
Lebar/tebal petiole
6
Komp. Minyak a.l.t jenuh
-       palmitoleat
-       oleat
-       gadoleat
-       linoleat
-       I. Value
-       Karotein
7
Bahan kering
7
Kepekaan terhadap penyakit
7
Prod. Bahan kering (VDM)




Generatif
8
Kecepatan tumbuh (CGR)




1
Mulai bunga
9
Asimilasi (NAR)




2
Sex ratio
10
Rerata tumbuh (CGRV)




3
Legitimasi
11
Stomata






12
Legitimasi






13
Aktivitas mitochondria






14
Kepekaan terhadap hama/penyakit











Ket         :    pel. = pelepah; a.l.t jenuh = asam lemak tidak jenuh; I. Value = Iodine value

4.2.   Pisifera Yangambi

Pisifera ini berasal dari INEAC (Institute National pour Agronomique, Congo (Belgia) – Zaire).  Pertumbuhannya jagur, cepat menghasilkan dan cangkang tipis.  SP 540 juga berasal dari Yangambi demikian pula dengan EX5 yang mempunyai karakter sama dan Pisifera Dolok Sinumbah lainnya.

4.3.   Pisifera NIFOR

Pisifera ini berasal dari Calabar, Aba dan Ufuma (Nigeria).  Beberapa yang terkenal baik di Sumatera adalah WA3, WA9, WA10 dan lain-lain.  Pisifera ini dimasukkan ke Indonesia oleh Puslitbun Marihat pada tahun 1972 – 1973.  Beberapa diantaranya adalah NI 002, 004, 007.  Hasil pengujian menunjukkan bahwa produksi per ha mampu mencapai 6 ton, kecepatan tumbuh 52 cm dan toleran terhadap penyakit tajuk, ragam genetis kurang tetapi kwalitas kurang baik.

4.4.   Pisifera La Me

Pertumbuhan meninggi lebih lambat, lebih tahan angin, jumlah tandan banyak tetapi tandannya kecil, daging buah 79 – 91 % kualitas baik, produksi baik, tangkai tandan panjang.  Kelemahannya adalah bunga jantan sangat jarang.  Kombinasi terbaiknya dengan Deli Dura di Marihat pada pengujiannya memberi hasil sebagai berikut :

Persilangan
Rendemen (%)
TBS/pkk/thn (kg)
Minyak/ton (ha)
L2T X BJ7D
25,7
234
7,8
L5T X BJ33D
25,2
220
7,2

Di pusat Penelitian Marihat, Pisifera ini merupakan salah satu yang terbaik dan banyak digunakan dalam produksi benih.

4.5.   Pisifera Kamerun

Pisifera Marihat tergolong di dalamnya yang dimasukkan sebelum perang Dunia II ke perkebunan Mayang (Sumatera Utara).  Pertumbuhannya lebih lambat dari Yangambi, kwalitas baik, agak peka terhadap penyakit tajuk.

4.6.   Pisifera lainnya

Pisifera lainnya seperti yang berasal dari Angola, Sibiti dan Jacobuet telah dimasukkan pada tahun 1972 – 1973 oleh Puslitbun Marihat dan Socfindo.  Pisifera Angola ku alitasnya baik, ragam genetis besar namun produksi kurang.  Pisifera Sibiti hampir sama dengan Yangambi, sedangkan Yacobuet ragam genetiknya besar.

Daftar pemasukan (introduksi) dari bahan pangkal ini ke Indonesia dapat dilihat pada tabel berikut ini :
                       
Spesies
Tahun Masuk
Negara Asal
Lokasi
Dimasukkan Oleh
Tipe (lini)
Elaeis guineensis Afrika
1848
Mauritius/ Reunion
-
Pemerintah
D (Deli)

1914/15
Kongo
Yangambi

T

1921/22
Kongo
Djongo/Eala
AP. Avros
T

1930/31
Kamerun
-
GLB Mayang
T, D, P

1955/56
P. Gading
La Me
BOCM, Pabatu
T, P

1972
Kamerun
Pamol
MRS, Marihat
T

1972
Zaire
Yalingimba/Binga
MRS, Marihat
T

1972/76
Zaire
Yangambi
MRS, Socfindo
T, P

1972/76
Kongo
Sibiti
MRS, Socfindo
T,P

1972/76
Nigeria
Calabar/Nifor
MRS/Socfindo
T,p

1972/76
P. Gading
La Me/Yacobouet
MRS/Socfindo
T,P


1974
Angola
Salazar/N. Redondo
Socfindo
T
Elaeis  oleifera A Latin
1953
Suriname
-
PPN, Marihat
D

1957
Brasil
-
HVA (D.Sin)
D

1974
Columbia
Monteria
MRS, Socfindo
D

Catatan    :     T = Tenera, D = Dura, P = Pisifera
                       Pemasukan 1972 – 1976 melalui kerjasama dengan IRHO


No comments:

Post a Comment

Coinexchange.io

Terms & Conditions for www.coinexchange.io Introduction   Welcome to www.coinexchange.io. This website is owned and oper...